HAKIKAT IBADAH KURBAN


BAHAN KHUTBAH JUM’AT

HAKIKAT IBADAH KURBAN

Beberapa hari lagi in syaa Allah kita akan dipertemukan dengan bulan suci Dzulhijjah.  Di bulan ini ada satu amalan yang sangat disukai Allah Ta’ala, yaitu ibadah kurban. Ibadah kurban sangat cepat mengantarkan pada ridha Allah, sebelum tetesan darah dari hewan kurban sampai ke tanah, pahalanya langsung disambut Allah ‘azza wa jalla. Nabi Saw bersabda:

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ

Tidak ada amalan manusia pada hari nahar yang lebih disukai Allah dari mengalirkan darah hewan kurban. Hewan kurban tersebut akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, rambut dan kukunya. Darah kewan kurban tersebut akan sampai keridhaan Allah sebelum tetesannya sampai ke tanah (Hr.Tirmidzi, menurut beliau hadis ini hasan gharib)

Paling sedikit ada empat hakikat atau rahasia ibadah kurban:
1.    Hakikat kurban adalah wujud syukur hamba pada tuhannya
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah (QS. al-Kautsar: 1-2)

Syukur adalah maqam/tingkatan  tertinggi  bagi seorang hamba, karena syukur yang benar mencakup syukur hati, lisan dan anggota badan (al Haqaiq ‘an at-Tashawwuf, hal. 314). Orang yang benar syukurnya maka ia tidak akan kufur/ingkar dengan nikmat. Allah berfirman:
وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Dan bersyukurlah kepada-Ku (Allah) dan jangan kalian ingkar (QS. al Baqarah: 152)

2.    Hakikat Kurban adalah mewujudkan takwa
Allah Ta’ala berfirman:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya (QS. al-Hajj: 37)

Orang yang berkurban hakikatnya sedang berupaya dan harus bermujahadah untuk menjadi pribadi yang bertakwa. Takwa sendiri maknanya adalah:
الخَوْفُ مِنَ الجَلِيْلِ وَالعَمَلُ بِالتَّنْزِيلِ وَالاِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ
Takut hanya pada Allah, beramal dengan apa yang diturunkan (al Quran dan as Sunnah) dan menyiapkan diri untuk hari pertemuan dengan Allah Ta’ala (at-Taisir fi ushul Tafsir, h. 213)

Orang yang berkurban adalah orang yang  hanya takut kepada Allah. Rasa takut yang berbuah taat dalam bentuk menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Orang yang  berkurban adalah orang yang rindu tegaknya syariat Islam, menjunjungnya dia atas aturan apapun, dan tidak rela jika Islam dinistakan.




3.    Hakikat kurban adalah ‘menyembelih’ penyakit  kikir di dalam jiwa

Kurban adalah ibadah bagi orang yang diberi kemampuan harta. Siapa meraka?. Dalam mazhab Imam Syafi’i yakni orang yang mampu membeli hewan kurban dan memiliki kecukupan harta untuk diri dan keluarganya di hari nahr dan tiga hari tasyriq. (al-Fiqh al Manhaji ‘ala Madzhab al Imam asy-Syafi’i, 1/234). Jika ini patokannya maka sebenarnya banyak orang yang sebenarnya mampu untuk berkurban. Jika orang yang mampu berkurban, lalu berkurban berarti ia telah bermujahadah untuk mengikis penyakit kikir di jiwa.  Maka ialah orang yang beruntung. Allah berfirman:
                            
وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung (QS. al-Hasyr: 9).

Sebaliknya orang yang  kikir, yakni yang mampu berkurban namun tidak berkurban maka ia mendapat kecaman dari Rasululullah, beliau bersabda:
مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
Siapa saja yang mendapati kemampuan (untuk berkurban) namun tidak berkurban maka janganlah sekali-kali ia mendekati tempat sholat kami (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Daruqutni, dan dishahihkan al Hakim serta disetujui imam adz Dzahabi)

4.    Hakikat kurban adalah latihan memberikan pengorbanan yang terbaik
Di antara syarat sah ibadah kurban adalah bahwa hewan kurban harus terbebas dari ‘aib (catat) seperti buta, pincang, sakit yang membuatnya kurus dan dagingnya sedikit. Hal ini mengisyaratkan pelajaran tentang penting pengorbanan terbaik. Menafkahkan harta yang terbaik dari yang kita punya. Allah Ta’ala berfirman:
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ
Kalian sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kalian menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai (QS. Ali ‘Imran: 92).

Para Nabi dan Rasul adalah teladan terbaik dalam pengorbanan ini. Nabi Ibrahim rela mengorbannya putranya, Nabi Ismail rela mengorbannya nyawanya, padahal nyawa aset yang paling berharga, Nabi Nuh berdakwah siang dan malam selama 900an tahun  lamanya, Nabi kita Nabi Muhammad telah berkurban hingga mengalami pengucilan dan rencana pembunuhan.

Pada saat ajaran Islam dan perjuangnya dikriminalkan, dituduh intoleran, dan beragam tuduhan lainnya. Kita wajib berkorban untuk memberikan yang terbaik bagi perjuangan Islam. Dakwah harus tetap dilakukan, apapun tantangan, halangan dan tentangannya. Berkorbanlah lebih banyak dan lebih ikhlas hingga kita layak untuk diberi kemenangan. Aamiin ya Rabbana....


Banjarmasin, 26 Dzul Qa’dah 1441 H / 16 Juli 2020
Al Faqiir ilallah Wahyudi Ibnu Yusuf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAKWAH, FARDHU ‘AIN ATAU FARDHU KIFAYAH?

MENGUPAS KAIDAH “MÂ LÂ YATIMMU Al-WÂJIB ILLÂ BIHI FAHUWA WÂJIB”

CARA DUDUK TASYAHUD AKHIR MENURUT 4 MADZHAB