Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

MENGUPAS KAIDAH “MÂ LÂ YATIMMU Al-WÂJIB ILLÂ BIHI FAHUWA WÂJIB”

  MENGUPAS KAIDAH “MÂ LÂ YATIMMU Al-WÂJIB ILLÂ BIHI FAHUWA WÂJIB” Oleh: Wahyudi Ibnu Yusuf (Mahad Darul Ma’arif Banjarmasin) Menurut asy Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani perkara yang termasuk dalam cakupan “mâ lâ yatimmu al-wâjib” atau “sesuatu yang tidak sempurna kewajiban kecuali dengan sesuatu itu” ada dua jenis: Pertama, kewajiban itu merupakan suatu yang tergantung pada syarat tertentu atau disebut masyrûth . Contohnya shalat adalah masyrûth yang menghajatkan thaharah sebagai syarat. Maka thaharah misalnya wudhu bagi yang berhadas kecil merupakan “mâ lâ yatimmu al-wâjib” untuk pelaksanaan sholat (ada’u ash-shalah) . Hanya saja kewajiban wudhu sebagai syarat ini tidak ditetapkan berdasarkan wajibnya seruan (khithab) shalat. Namun harus ada dalil tersendiri (munfasil) yang mewajibkannya . Jadi wajibnya wudhu tidak mengikut pada dalil perintah shalat. Misalkan firman Allah ta’ala: وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ Dan tegakkanlah shalat (QS. An-Nur: 56). Ayat ini merupakan ayat y