Esensi dan Implementasi Takbir, Tahmid dan Tahlil
Khutbah ‘Idhul Adha 1441 H
Esensi dan Implementasi
Takbir, Tahmid dan Tahlil
اَللهُ أَكْبَرُ 9xاَ للهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا , وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ
اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً , لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ , صَدَقَ وَعْدَهُ
وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ , لَا
إِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ , اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلَّهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ
الْيَوْمَ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحَّدَنَا بِعِيْدِهِ كَأُمَّةٍ
وَاحِدَةٍ، مِنْ غَيْرِ الأُمَمِ، وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ
ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.
أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ
أَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ، اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي
الْمُلْكَ مَن تَشَاءُ وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَاءُ
وَتُذِلُّ مَن تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ.
الَلَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى
حَبِيْبِناَ المُصْطَفَى، الَّذِّي بَلَّغَ الرِّسَالَةَ، وَأَدَّى الأَمَانَةَ،
وَنَصَحَ الأُمَّةَ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ
بِدَعْوَتِهِ، وَجاَهَدَ فِيْ سَبِيلِ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ.
اَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ اللهِ،
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ! فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي
كَتَابِهِ الْكَرِيْمِ وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَـائِلِيْنَ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله
أكبر وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Kumandang takbir, tahmid dan tahlil berkumandang di
segenap penjuru bumi. Takbir, tahmid dan tahlil sangat penting untuk kita
hayati dan resapi. Di tengah pandemi, yang melanda seluruh dunia saat ini,
nyata benar bahwa hanya Allah yang maha Besar dan Maha gagah perkasa. Sementara
manusia sangat lemah dan tak berdaya. Bahkan terhadap virus yang tak kasat mata.
Benarlah firman-Nya: “khuliqal insanu dha’ifa” (diciptakan manusia dalam
keadaan lemah). Namun nyatanya masih banyak manusia yang bertakbir 94 kali sehari semalam dalam shalatnya namun
ia ‘ujub, sombong dan takabbur. Tidak hanya sombong dengan merendahkan sesama
manusia, ia bahkan sombong terhadap Allah dan Rasulullah. Sombong dengan
menolak hukum-hukum Allah, menolak bahwa pemilik kebenaran hakiki adalah Allah
dan Rasulullah. Mereka lancang mengatakan bahwa ada yang lebih tinggi dari ayat suci, melecehkan
panggilan azan, mencurigai muslimah yang bercadar, hendak menghapus ajaran
jihad, hingga menyamakan khilafah sebagai warisan Rasulullah dengan ajaran
terlarang komunisme, Marxisme dan Leninisme.
Takbir adalah pengakuan
kemahabesaran Allah. Inilah kalimat yang dikumandangkan para mujahidin saat berhadapan
dengan musuh di medan jihad, hingga musuh menjadi kecil di mata mereka, dan
nyali para pejuang menjadi besar, dan akhirnya diraih kemenangan. Kemenangan
yang diraihpun tidak membuat mereka besar kepala karena sebab kemenangan hanya
satu yaitu pertolongan Allah. Inilah makna:
وَنَصَرَ
عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ
Dan
Allah menolong hamba-Nya, memuliakan tentara-Nya dan Allah jua yang mengalahkan
pasukan ahzab
Mentakbirkan Allah dengan
sebenar-benarnya inilah yang harus kita lakukan, agar kita meraih kemenangan
yang Allah janjikan. Kita bertakbir atas kembalinya Hagia Sofia menjadi masjid
kaum muslimin setelah 86 tahun diubah fungsi oleh laknatullah ‘alaih Musfata
Kemal, sang pembantai Khilafah terakhir. Semoga setelah ini akan diraih
kemenangan-kemenagan lainnya. Aamiin ya
rabbal ‘alamiin
اللهُ
أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Tahmid adalah pujian
atas sifat Allah yang sempurna dan nikmatnya yang tiada tara. Wujudnya adalah
bersyukur dengan sebenar-benar syukur. Membenarkan dalam hati bahwa Allah-lah al-Mun’im
(Maha Pemberi nikmat). Pengakuan ini sangat penting. Karena dari pengakuan hati
inilah lisan akan mengucap hamdalah dan anggota badan menjadi taat. Lihatnya
Fir’aun saat ia ingkar pada Allah atas nikmat kekuasaan yang dia peroleh. Ia
menjadi penguasa paling zalim yang dikenang sejarah, ia bahkan mengaku sebagai
tuhan yang tinggi. Lihatlah Qarun saat ia ingkar akan nikmat harta yang Allah
berikan, ia dikenang sebagai si kikir yang akhirnya dihukum Allah. Qarun dan
hartanya tenggelam beserta pengingkarannya. Maka di antara wujud syukur kita,
di empat hari ini kita dianjurkan menyembelih hewan kurban. Menyisihkan
sebagain rizki yang Allah berikan untuk berbagi kebahagiaan pada fakir miskin,
tetangga dan handai taulan. Siapapun yang Allah kikis kikir di hatinya maka ia
akan memperoleh keberuntungan di dunia dan akhirat.
وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung (QS. al-Hasyr: 9).
Ibadah kurban melatih
diri kita untuk memberikan yang terbaik. Sebagaimana Nabi Ibrahim mengurbankan
putra kesayangannya dan nabi Ismail rela mengorbankan jiwanya. Resapilah ucapan
Nabi Ismail, sesaat sebelum Nabi Ibrahim menjalankan perintah Tuhannya:
“Wahai ayahku ikatlah tubuhku. Jagalah bajumu agar tidak
terkena darahku, jika terlihat oleh Ibu, hal itu akan membuatnya pilu.
Percepatlah dalam menyembelihku, agar
kematian itu menjadi ringan bagiku. Palingkanlah wajahku, agar engkau tak
memandang wajahku, hingga engkau merasa kasihan padaku. Dan agar aku tak
melihat tajamnya pisau hingga rasa takut menyergapkku. Wahai ayah, jika engkau
pulang dan bertemu ibu sampaikan salamku”. (Tafsir Imam Qurthubi juz
15 hlm. 104, Maktabah Syamilah).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Saat kebencian terhadap
Islam dan ajarannya semakin nyata, saat para habaib, ulama dan aktivis Islam
dinista, saat kekayaan alam negara dijarah, saat asing dan aseng makin
menancapkan kuku penjajahannya, maka kita harus siap berkorban kapan pun jua
untuk membela, dengan harta dan jiwa. Berkorban demi kemuliaan agama dan keutuhan
negara tercinta.
اللهُ
أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Hakikat tahlil adalah
pengakuan bahwa tidak ada ilah selain Allah. Tidak ada yang berhak disembah
kecuali Allah. Inilah kalimat tauhid. Inilah
pokok agama kita. inilah kalimat yang diulang dalam sholat kita, 9 x
sehari semalam, kalimat inilah yang ingin kita ucapkan di akhir nafas kita,
dengan kalimat ini pula kita dibangkitkan. Kalimat yang menghimpun keyakinan
bahwa kita dari Allah, kita milik Allah dan akan kembali pada Allah. Inilah
akidah ruhiyyah. Akidah inilah yang jadi pendorong untuk memenuhi panggilan
Allah. Sebebagaimana kalimat talbiyah yang dikumandangkan jama’ah haji dan
umroh.
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ
لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ
لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ
Artinya: Aku datang memenuhi
panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu
bagi-Mu. Sesungguhnya segala pujian dan nikmat milik-Mu begitu pula kerajaan. Tidak ada
sekutu bagi-Mu
اللهُ
أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Sejatinya Allah tidak
hanya memanggil kita untuk melaksanakan ibadah haji dan umroh. Namun seluruh perintah
Allah adalah panggilan-Nya. Sholat, puasa, zakat, dakwah adalah panggilan
Allah. Sebagaimana perintah menerapkan hukum Allah di bidang
sosial-kemasyarakatan, ekonomi, peradilan, sanksi hingga sistem
politik-pemerintahan juga adalah panggilan Allah. Pada semua perintah Allah dan
Rasul-nya kita wajib memenuhinya. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila
Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian (QS.
al-Anfal: 24)
Maka realisasi laa
ilaha illallah adalah hanya Allah saja yang berhak kita sembah. Hanya
syariat Allah saja yang kita daulatkan, bukan aturan manusia. Inilah tauhid
uluhiyah atau akidah siyasiyah. Inilah yang diperjuangkan oleh pendiri bangsa
ini dari kalangan Islamis. Mereka ingin Islam menjadi dasar negara Indonesia
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi seluruh rakyatnya. Perdebatan panjang
dan melelahkan tak dapat dihindarkan antar pendiri bangsa, hingga akhirnya
disepakati “gentleman agreement” yang di antara isinya “Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”. Namun kesepakatan ini
ditelikung sehari setelah proklamasi kemerdekaan. Muhammad Natsir sampai
menyatakan: “17 Agustus kita mengucap alhamdulillah, sehari setelahnya kita
mengucap inna lillah”. Umat Islam terus mengalah demi keutuhan bangsa. Namun
lebih menyedihkan lagi, di era reformasi ini, nilai ketuhanan ingin diperas
lagi dan dibatasi dengan kalimat ketuhanan yang berkebudayaan. Kita tentu wajib
menolaknya. Umat Islam sudah disakiti berkali-kali. Jangan sampai terjadi lagi
ajaran komunisme menguasai negeri ini, hingga akhirnya Islam hanya tinggal
sejarah di negeri ini.
اللهُ
أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ
Kaum muslimin, sudah saatnya
kita membuka mata dan hati. Bahwa apapun yang terjadi saat ini, wajib kita
ambil i’tibarnya. Bahwa kita harus bertakbir, bertahmid dan bertahlil dengan
sebenar-benarnya. Bahwa hanya dengan memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya
kita akan mulia. Di hari dan bulan yang
suci ini mari kita azzamkan untuk berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari
sebelumnya. Semoga Allah jaga kita semua, sehatkan tubuh dan hati kita. Semoga
Allah segera angkat penyakit zhohir dan bathin dari negeri kita. Allah
bersihkan virus corona dan virus kapitalisme dan komunisme yang telah mengancam
dan membahayakan negeri ini. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.
بارك الله لى
ولكم فى القرأن العظيم ونفعنى وإياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم وتقبل منى
ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم
أقول قولى هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم
ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
KHUTBAH KEDUA
اَللهُ
أَكْبَرُ 7 x وَلِلّهِ الْحَمْدُ
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً،
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ
صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ
إِلاًّ اللَّهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ
أشهد أن
لاإله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله . اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى
أله وصحبه أجمعين.
اَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ اللهِ،
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
فقال تعالئ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين
. وعلى التابعين ومن تبعهم بإحسان الى يوم الدين
اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا
وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، أَللّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ
نَّسِيْنَآ أَوْ اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا
حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ
طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا
فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ
اَللَّهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ
وَمُهْزِمَ اْلأَحْزَابِ اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ وَصَلِيْبِيِّيْنَ
وَاَنْصَارَهُمْ وَرَأْسُمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ وَاِشْتِرَاكِيِّيْنَ
وَشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ
وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْناَ مِنَ الْعَامِلِيْنَ
الْمُخْلِصِيْنَ بِإِقَامَتِهَا بِإِذْنِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا
وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ،
اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَائَنَا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
والسلام عليكم ورحمة الله
وبركاته
Banjarmasin, 8 Dzulhijjah 1441 H/
29 Juli 2020
Al faqiir ila rahmatiLlah Wahyudi
Ibnu Yusuf
Komentar
Posting Komentar