Khilafahisme dan Virus Khilafah adalah Sebutan yang Menyakiti Allah dan Rasulullah


Khutbah Jum’at
Sebutan Khilafahisme dan Virus Khilafah adalah Sebutan yang Menyakiti Allah dan Rasulullah
Al faqiir ilallah Wahyudi Ibnu Yusuf

Negeri ini milik Allah. Tanahnya, airnya, udaranya, gunungnya, lautnya, hutannya, emasnya, batubaranya,  semuanya milik Allah.
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَى
Milik Allah-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. (QS.Thaha: 6)

Negeri ini juga merdeka “atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa”. Dengan tetesan darah para para syuhada dan ulama. Umat Islam adalah penyumbang terbesar kemerdekaan negeri ini. Karena itulah dalam sidang BPUPKI beberapa pendiri bangsa ingin Islam dijadikan dasar negara, dimana Syariat Islam diterapkan bagi seluruh rakyat Indonesia (muslim maupun non muslim). Setelah perdebatan yang panjang dan melelahkan, akhirnya disepekati dalam Piagam Jakarta  yang di antara isinya “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Namun baru sehari setelah merdeka, yakni 18 Agustus 1945, umat Islam “mengalah” dengan merelakan hilangnya kalimat “dengan kewajiban menjalankan Syariat  Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dan digganti dengan kalimat “Ketuhanan yang Maha Esa”. (Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 hal. 27-62)

Upaya perjuangan mengambalikan tujuh kata “dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” kembali dilakukan di sidang konstituante. Hingga akhirnya sidang kontituante dan partai Masyumi dibubarkan oleh Soekarno melalui Dekrit Presiden 5 Juli tahun 1959. Umat Islam pun kembali “mengalah” demi persatuan dan  kesatuan bangsa tercinta.

Namun, saat ini. Saat negeri ditimpa wabah pandemi. Ada sekelompok orang yang ingin memeras dasar negara menjadi tri sila bahkan eka sila dengan prinsip gotong royong,  prinsip ketuhanan pun disyaratkan harus “berkebudayaan”.  Saat ulama dan umat menolak, kembali pengusung gagasan ini menyakiti umat Islam dengan menyejajarkan khilafah dengan ajaran terlarang Komunisme, Marxisme dan Leninisme dengan menyebutnya Khilafahisme (paham khilafah), ada juga yang menyebutnya dengan “virus khilafah”.  Padahal khilafah adalah ajaran Islam dan warisan Rasulullah.

Saat pandemi sedang terjadi, mestinya pemimpin negeri banyak bermuhasabah diri. Bahwa berbagai musibah ini, tak terjadi melainkan karena dosa dan maksiat, karena mengabaikan syariat. Namuan yang terjadi, segelintir orang justru menyakiti Allah dan Rasulullah. Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا
Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan. (QS. al Ahzab: 57)

Siapa orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya?. Al Hafizh al Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya, mereka adalah siapa saja yang menyelisihi dan menentang perintah dan larangan Allah dan merendahkan martabat Nabi Muhammad al-Mushtofa, termasuk syariat yang dibawanya. Ibnu Katsir berkata:
يقول تعالى: متهددا ومتوعدا مَنْ آذاه، بمخالفة أوامره وارتكاب زواجره وإصراره على ذلك، وأذَى رسوله بعيب أو تنقص، عياذا بالله من ذلك.
Allah Ta’ala memperingatkan dan mengancam orang yang menyakiti-Nya,  dengan menentang perintah-perintah-Nya dan melanggar larangan-larangan-Nya dan terus menerus melakukannya. Juga menyakiti Rasulullah dengan mencelanya atau merendahkan martabatnya. Kita berlindung kepada Allah dari perilaku tersebut. (Tafsir al Quran al-‘Azhim juz 3 h. 1510). 

Banjarmasin, 28 Syawwal 1441 H/19 Juni 2020

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAKWAH, FARDHU ‘AIN ATAU FARDHU KIFAYAH?

MENGUPAS KAIDAH “MÂ LÂ YATIMMU Al-WÂJIB ILLÂ BIHI FAHUWA WÂJIB”

CARA DUDUK TASYAHUD AKHIR MENURUT 4 MADZHAB