MEMBELA KEMULIAAN BAGINDA NABI SAW
MEMBELA KEMULIAAN BAGINDA NABI SAW
Oleh: Wahyudi Ibnu Yusuf
Dalam surah al Insyirah Allah
berfirman:
وَرَفَعْنَا لَكَ
ذِكْرَكَ
Dan kami tinggikan bagimu sebutanmu (Muhammad) (QS. al-Insyirah: 4)
Bagaiamana cara Allah meninggikan sebutan/nama Nabi Muhammad Saw?.
Dalam sebuah hadis qudsi, Allah menjelaskan.
عن أبي سعيد، عن رسول
الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: "أتاني جبريل فقال: إنّ ربي وربك يقول: كيف
رفعت ذكرك؟ قال: الله أعلم. قال: إذا ذُكِرتُ ذُكِرتَ معي" ، وكذا رواه ابن
أبي حاتم عن يونس بن عبد الأعلى، به ورواه أبو يعلى من طريق ابن لَهِيعة، عن
دَرَّاج
Dari
Abu Sa’id, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: Jibril mendatangiku, lalu
berkata: “Sesungguhnya Tuhanku dan Tuhanmu berfirman: Bagaimana caraku
meninggikan namamu (Muhammad)”?. Nabi menjawab: Allah lebih mengetahui. Jibril melanjutkan
ucapannya dengan mengutip firman Allah: “Jika nama-Ku disebut namamu juga
disebut bersama-Ku”. (Tafsir Ibnu Katsir, juz 5)
Allah ‘Azza wa Jalla muliakan Baginda Nabi Muhammad Saw dengan
menyebut Nama beliau saat nama Allah disebut. Satu-satunya nama manusia yang
disebut di dalam syahadatain adalah nama Nabi Muhammad. Tidak disebut mukmin
jika tidak mengakui kerasulan Nabi Muhammad Saw. Syahadatain ini juga wajib dibaca dalam shalat.
Tidak sah shalat jika di tasyahud akhir tidak menyebut nama Nabi Muhammad. Demikian
pula dalam khutbah jum’at, khutbah shalat ‘id dan khutbah lain tidak sah tanpa
menyebutkan Nama Nabi Muhammad Saw.
Saking tinggi dan mulianya nama Nabi kita, baginda Muhammad Saw,
Allah tak pernah sekalipun memanggil namanya secara langsung. Bacalah al Quran,
takkan anda dapati ayat yang berbunyi “Ya Muhammad”. Sebagaimana Allah
memanggil Nabi yang lain langsung dengan menyebut namanya. Ya Yahya, Ya Musa,
Ya Ibrahim dan yang lainnya. Terhadap Nabi Muhamamd, Allah panggil dengan
menyebut gelarnya Ya ayyuha an-Nabi, ya ayyuha ar-rasul, ya ayyuha
al-muzzamil, yaa ayyuha al-mudatsir, dsb.
Demikianlah, Allah pencipta alam semesta dan yang menggenggam jiwa
kita meninggikan nama Nabinya, Nabi Muhamamd SAW. Maka bagaimana bisa ada
manusia yang menyejajarkan dan cenderung merendahkan Nabi SAW dan membandingkan
dengan jasa bapaknya. Membandingkan Nabi SAW dengan Ir. Soekarno dalam hal
siapa yang lebih berjasa bagi kemerdekaan Indonesia jelas perbandingan yang tidak sebanding dan
tidak nyambung. Bukankah Nabi Saw dan Soekarno hidup di waktu dan tempat yang
berbeda?. Nabi hidup di Jazirah Arab di abad ke 7-8 Masehi, sedang Soekarno
hidup di Indonesia di abad ke 20 M. Terpaut waktu 12 abad dan terpaut jarak
7.898 km.
Belum disikapi dengan tegas dan tuntas dugaan penistaan Nabi
Muhammad yang dilakukan oleh Ibu Sukmawati. Seorang yang dianggap Kyai diduga
menghina Nabi Saw dengan bahasa guyonan. Disebut rembes, tidak terurus karena
ikut kakek, kalau di Arab ada jambu mungkin juga akan nyolong (mencuri)
jambu, bahkan Ummul Mukminin ‘Aisyah dijadikan bahan tertawaan karena dianggap
riang gembira dinikahi Nabi padahal terpaut usia yang jauh. Sungguh Nabi, ummul
mukminin dan para sahabat tidak layak menjadi bahan candaan, jadi bahan lelucon
yangg tidak lucu.
Di zaman Nabi, ada seorang munafik menyifati sahabat Nabi
dengan sifat yang buruk. Dia sebut
sahabat Nabi hanyalah hamba perut (tukang makan), tukang bohong dan pengecut/lari di medan
perang. Hinaan tersebut lalu sampai pada Nabi Saw. Nabi meminta klarifikasi
darinya. Laki-laki munafik tersebut menjawab:
يا رسول الله، إنما
كنا نخوض ونلعب
Wahai Rasulullah, kami hanya bercanda dan bermain-main saja.
Nabi kemudian menjawab:
أبالله وآياته ورسوله
كنتم تستهزئون
Apakah pada Allah, ayat-ayatnya dan Rasul-Nya kalian berolok-olok. Sebagaimana
firman Allah ta’ala:
وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ
وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ
Dan jika engkau tanya pada mereka (tentang apa yang mereka
lakukan). Niscaya mereka akan berkata: “Kami hanya bersenda gurau dan bermain-main
saja”. Maka katakanlah pada mereka:” Apakah pada Allah, ayat-ayat-Nya dan
Rasul-Nya kalian berolok-olok” (QS. at-Taubah: 65)
Jika sudah jelas ada orang yang menghina Allah, al Quran, Rasulullah
atau ajaran Islam yang lain. Janganlah kalian mencari dalih, pasal dan ayat
yang dipaksakan untuk membela mereka. Allah kecam orang-orang seperti ini
dengan firmannya sebagai lanjutan surah at-taubah ayat 65 di atas.
الْمُنَافِقُونَ
وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ الْمَعْرُوفِ
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan
sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan
melarang berbuat yang ma'ruf (QS. at-Taubah: 67)
Jama’ah yang dimuliakan Allah
Berulangnya penghinaan dan penistaan terhadap Islam, al Quran dan
baginda Nabi adalah karena tidak adanya penegakkan hukum yang tegas, bahkan
cenderung tebang pilih. Padahal sikap tebang pilih dalam penegakkan hukum
adalah penyebab binasanya sebuah peradaban. Nabi Saw pernah bersabda:
إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا
إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا
عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ
لَقَطَعْتُ يَدَهَا
"Orang-orang sebelum kalian menjadi binasa karena apabila ada
orang dari kalangan terhormat (pejabat, penguasa, elit masyarakat) mereka
mencuri, mereka membiarkannya dan apabila ada orang dari kalangan rendah
(masyarakat rendahan, rakyat biasa) mereka mencuri mereka menegakkan sanksi
hukuman atasnya. Demi Allah, sendainya Fathimah binti Muhamamd mencuri, pasti
aku potong tangannya". (HR. Bukhari dan Muslim)
Alalak, 11 Desember 2019
Komentar
Posting Komentar