KHUTBAH IDUL ADHA 1440 H


بسم الله الرحن الرحيم
HAJI DAN KURBAN:
KETAATAN, PERJUANGAN DAN PENGORBANAN
diedit oleh: Wahyudi Ibnu Yusuf

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

الله أكبر 3 x الله أكبر 3 x الله أكبر 3 x
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ هُوَ اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَ للهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ للهِ الًّذِيْ جَعَلَ لَنَا عِيْدَ الْفِطْرِ وَ اْلأَضْحَى، وَ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى، وَ نَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ الْهَوَى.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ  نِعْمَ الْوَكِيل وَنِعْمَ الْمَوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَ مَنْ يُنْكرْهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا.

وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَ حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى، نِبِيِّ الْهُدَى، الَّذِيْ لاَ يَنْطِقُ عَنْ الْهَوَى، إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى، وَ عَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدقِ وَ الْوَفَا، وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الْجَزَا.

أَمَّا بَعْدُ:
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى.

الله أكبر 3 x  و لله الحمد
Alhamdulillah. Milik-Nya segala keagungan. Untuk-Nya seluruh pujian. Bagi-Nya segala sanjungan. Dialah Zat Yang Maha Pengasih. Maha Penyayang.

Shalawat dan salam semoga senantiasa Dia limpahkan, kepada hamba sekaligus rasul pilihan. Baginda Nabi Muhammad saw. sang teladan. Shalawat dan salam semoga juga terlimpah kepada keluarga, para sahabat dan umat beliau, hingga akhir zaman. Amiin.

Saudara-saudaraku sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Saat ini, ada jutaan kaum Muslim. Dari seluruh penjuru bumi. Berkumpul di Tanah Suci. Memenuhi panggilan Ilahi. Menunaikan ibadah haji. Setiap tahun sekali. Selalu menjadi panorama yang amat memikat hati. Membuat siapapun berhasrat menginjakkan kaki. Di Tanah kelahiran Baginda Nabi.


الله أكبر 3 x  و لله الحمد
Saudara-saudaraku sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Di momen Idul Adha ini, kita kembali mengenang kisah teladan abadi, dari dua Nabi yang dirahmati, Ibrahim as menyembelih putra yang dicintai, berdasarkan mimpi yang merupakan wahyu ilahi.

Wahai hadirin simaklah sepenggal kisah tentang cinta yang amat romantis, sekaligus dramatis, namun berakhir manis. Dalam ucapan Ismail berikut:
 “Wahai ayahku, ikatlah tubuhku, agar aku tidak meronta. Jagalah bajumu agar tidak terkena darahku, jika terlihat oleh Ibu, hal itu akan membuatnya sedih dan pilu. Percepatlah  dalam menyembelihku, agar kematian itu menjadi ringan bagiku. Palingkanlah wajahku, agar engkau tak memandang wajahku, lalu engkau merasa kasihan padaku. Dan agar aku tak melihat tajamnya pisau hingga rasa takut menyergapku. Wahai ayah, jika engkau pulang dan bertemu ibu, sampaikan salamku”. (Tafsir Imam Qurthubi juz 15 hlm. 104, Maktabah Syamilah).
Ketundukkan yang total seperti inilah yang Allah gambarkan dalam al Quran:
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). (QS. Ash-Shoffat: 103))
Nabi Ibrahim lalu meletakkan pisau di leher putranya, menggerakkannya dengan cepat di leher Ismail,  sementara Malaikat Jibril bertakbir:. “Allahu Akbar. Allahu Akbar”. Lalu Ismail bertahlil dan bertakbir “Laa ilaha illaLlah wallahu Akbar”. Nabi Ibrahim kemudian mengucapkan “Allahu Akbar walillahilhamd”. Apa yang terjadi?. Apa yang terjadi hadirin?.  Pisau tajam yang ada di tangannya tak sanggup menembus kulit putranya. Allah berseru kepada nabi Ibrahim:
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَاإِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا
Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim. Sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu (QS. Ash-Shaffat: 104-105)
Kisah yang selayaknya menjadi ibrah Bagi umat Islam, sepanjang zaman. Agar kita ringan berkorban harta dan jiwa di jalan Allah. Bukankah Allah SWT pun telah berfirman:

لَنْ تَنَالُوْا الْبِرَّ حَتَى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ
Sekali-kali kalian tidak akan sampai pada kebajikan sebelum kalian menginfakkan harta (di jalan Allah) yang paling kalian cintai (QS Ali Imran [3]: 92).





الله أكبر 3 x  و لله الحمد
Saudara-saudaraku sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Hari ini kita tidak diperintahkan menyembelih putra kita. Kita hanya diminta menyisihkan sebagaian harta,  sebagai wujud syukur atas beragam nikmat Allah yang tiada terkira. Hanya sedikit yang Allah minta, agar terkikis kikir di jiwa, menjadi jiwa yang siap berkurban kapan saja. Mempersembahkan yang terbaik untuk Islam yang mulia, lalu meraih bahagaia, di dunia hingga ke surga.
Baginda Nabi yang Mulia,  mengecam orang yang mampu berkurban, namun enggan tidak melakukannya, jangan sekali-kali mendekati musholla, tempat sholat idul adha. Nabi bersabda:
مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
Siapa saja yang memiliki kemampuan (untuk berkurban), namun ia tidak berkurban maka janganlah sekali-kali ia mendekati tempat shalat kami (HR. Ahmad dan Ibnu Majah, redaksi Imam Ahmad)
Siapakah yang dimaksud memiliki kesanggupan berkurban?. Menurut ulama madzhab Imam Asy Syafi’i adalah mereka yang memiliki kecukupan sandang, pangan dan papan untuk dirinya dan keluarganya di hari 10, 11, 12 dan 13 dzulhijjah, plus dana untuk berkurban.
الله أكبر 3 x  و لله الحمد
Saudara-saudaraku sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Sebagaimana kita saksikan. Sebagaimana juga kita rasakan. Saat Idul Adha kita rayakan. Bangsa ini dirundung oleh beragam ujian.

Ragam krisis terus melanda negeri ini. Khususnya krisis ekonomi, yang makin tak terkendali. Kemiskinan tak pernah beranjak pergi. Angka pengangguran makin tinggi. PHK terjadi di sana-sini. Utang luar negeri makin menjadi-jadi. Banyak BUMN merugi. Negeri ini pun seolah tak pernah bisa lepas dari jeratan kasus korupsi. Terutama yang melibatkan para pejabat tinggi. Saat yang sama, perusahaan-perusahaan asing dan aseng terus dibiarkan menjarah kekayaan alam negeri ini. Ironisnya, semua itu terjadi, justru saat para pejabat dan sebagian kita lantang berteriak, “NKRI Harga Mati”! Seraya tetap setia menerapkan sistem demokrasi. Yang sudah terbukti berkali-kali. Gagal memakmurkan dan mensejahterakan rakyat negeri ini.

Yang makin mengiris hati, kaum sekular radikal yang pengidap islamophobia makin berani tampil ke permukaan. Ajaran Islam mulai banyak dipersoalkan. Bendera tauhid dipermasalahkan, seolah mereka lupa dengan apa kelak ditalqinkan.
الله أكبر 3 x  و لله الحمد
Saudara-saudaraku sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Karena itu, di tengah nestapa dan derita bangsa ini, juga dalam momen Idul Adha yang begitu syahdu tahun ini, mari kita bayangkan sejenak. Peristiwa penting sekitar 14 abad yang lewat. Peristiwa yang dikenal dengan Haji Wada’. Beberapa bulan saja sebelum Baginda Nabi menghadap kekasihnya yang mulia, Allah SWT.

Saat itu, di hadapan sekitar 140 ribu Muslim, seorang manusia yang amat mulia, penghulu seluruh umat manusia, menyampaikan pesan-pesan berharga, untuk kebahagiaan umat manusia. Dialah Baginda Rasulullah saw., manusia terpilih. Beliau mengawali khutbahnya:

  أَيُّهَا النَّاسُ، اِسْمِعُوْا قَوْلِي،  فَإِنِّي لَاَ أَدْرِي، لَعَلِيّ لَا أَلْقَاكُمْ بَعْدَ عَامِي هَذَا، بِهَذَا الْمَوْقِفِ أَبَدًا.
Wahai manusia, dengarlah baik-baik kata-kataku ini. Sebab sungguh, aku tidak tahu, apakah aku bisa berjumpa lagi dengan kalian setelah tahun ini, di tempat ini, untuk selama-lamanya. 

Lalu beliau melanjutkan khutbahnya:
Wahai sekalian manusia, sungguh darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian sama sucinya dengan sucinya hari ini, negeri ini dan bulan iniSungguh kalian benar-benar akan menjumpai Tuhan kalian. Lalu kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatan kalian...Karena itu siapa saja yang memiliki amanah, tunaikanlah amanah itu kepada orang yang berhak menerimanya. Ingatlah, semua perkara Jahiliah sudah aku campakkan di bawah kedua telapak kakiku…Urusan (pertumpahan) darah Jahiliah juga sudah dihapus. Sungguh riba Jahiliah pun sudah dilenyapkan…
Wahai sekalian manusia…Sungguh aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian suatu perkara yang amat jelas. Jika kalian berpegang padanya, kalian tidak akan pernah tersesat selama-lamanya. Itulah Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.

Demikianlah petikan khutbah Baginda Nabi, Sebuah khutbah yang amat menyentuh hati. Merasuk ke dalam kalbu, dan menggugah jiwa.

.الله أكبر 3 x  و لله الحمد
Saudara-saudaraku sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Dari apa yang Baginda Nabi saw. sampaikan di atas, ada sejumlah hal yang beliau nasihatkan kepada kita. Di antaranya:


Pertama, kita diperintahkan oleh beliau untuk menjaga darah, harta dan kehormatan sesama. Tak boleh saling menumpahkan darah. Haram saling merampas harta. Terlarang saling menodai kehormatan sesama. kita diharuskan oleh beliau untuk senantiasa memelihara tali persaudaraan. Dengan sesama kaum Muslim. Layaknya saudara. Tak boleh saling mencerca. Haram saling mencederai. Terlarang saling mencaci-maki. Tercela jika sampai saling mem-bully. Apalagi mempersekusi. 

Namun Sayang. Hari ini tali persaudaraan seolah hilang. Bahkan antar kelompok umat Islam bisa saling berhadap-hadapan. Asal berbeda mazhab, bisa saling bertindak tak beradab. Asal beda organisasi, bisa saling mem-bully. Asal beda kepentingan, bisa saling menggunting dalam lipatan. Asal teriak “Saya Pancasila”, bisa seenaknya menista pihak yang berbeda. Asal melempar tudingan “radikal”, bisa dengan mudah melakukan tindakan di luar akal.

Padahal tegas Allah SWT telah berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ...
Kaum Mukmin itu sesungguhnya bersaudara... (TQS al-Hujurat [49]: 10).
Kedua, kita diperintahkan oleh beliau untuk memberikan amanah kepada ahlinya. Termasuk amanah kepemimpinan. Tentang amanah kepemimpinan, Rasulullah saw. pun mengingatkan:
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Sungguh kalian begitu berhasrat atas kepemimpinan (kekuasaan), padahal kepemimpinan (kekuasaan) itu bisa berubah menjadi penyesalan pada Hari Kiamat kelak (HR al-Bukhari).

Namun sayang, hari ini kita menyaksikan tontonan yang amat menyedihkan. Antar partai politik gontok-gontokan. Antar koalisi saling berebut kursi kekuasaan. Mereka tak sungkan saling sikut demi jabatan. Bahkan tak segan saling menjatuhkan. Sekadar demi meraih sekerat tulang, yang ujungnya adalah penyesalan. Saat yang sama, nasib rakyat terlupakan. Bahkan seolah tak mereka pedulikan.


Saudara-saudaraku sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Ketiga, kita diperintahkan oleh beliau agar meninggalkan semua tradisi jahiliah. Di antaranya riba. Dalam segala bentuknya. Sayang. Hari ini riba bukan saja merajalela, bahkan telah menjadi pilar ekonomi yang utama. Tak aneh jika utang ribawi, dengan bunga sangat tinggi, sangat berpeluang membangkrutkan negeri ini. Akankah bangsa ini terus mengabaikan nasihat Baginda Nabi saw. ini? Padahal jelas, nasihat beliau untuk menjauhi riba lebih layak ditujukan kepada kita hari ini daripada ditujukan kepada para sahabat Nabi. Sebab pada masa para sahabat, riba sudah sejak awal dicampakkan dan dibuang sejauh-jauhnya.

Keempat, kita diwajibkan oleh beliau untuk selalu berpegang teguh pada al-Quran dan as-Sunnah. Baginda Nabi saw. telah menjamin. Siapapun yang istiqamah berpegang teguh pada keduanya, tak akan pernah tersesat selama-lamanya.

Namun sayang, apa yang dipesankan Baginda Nabi saw. 14 abad lalu, tak banyak diindahkan. Al-Quran dan as-Sunnah tak lagi kita pedulikan. Kecuali sebatas bacaan. Isinya banyak kita abaikan. Hukum-hukumnya pun banyak kita campakkan. 

Buktinya,  Banyak keharaman dihalalkan. Banyak pula perkara halal diharamkan. Tak jarang, semua itu dilegalkan oleh undang-undang. Lewat mekanisme demokrasi yang dibangga-banggakan. Riba telah lama dihalalkan. Miras pun dilegalkan, Pelacuran dilokalisasikan, dengan alasan yang diada-adakan. Zina tak dipandang sebagai kejahatan. LGBT pun tak boleh dikriminalkan, dengan alasan HAM.
Di sisi lain, syariah Islam seolah haram untuk diterapkan. Hanya karena satu tuduhan tak beralasan: mengancam kebhinekaan. Institusi penerap syariah, yakni Khilafah, juga terlarang diperjuangkan. Bahkan tak boleh meski sekadar diwacanakan. Para aktivisnya mereka kriminalisasikan. Organisasinya mereka bubarkan. Dengan tuduhan yang diada-adakan. Padahal jelas, Khilafah adalah bagian penting dari ajaran Islam, yang wajib ditegakkan. Khilafah adalah salah satu warisan Rasulullah, manusia teladan. Bahkan Khilafah Islam pernah berperan, menyebarkan Islam, mengusir penjajahan, dan diakui oleh para sultan.

الله أكبر 3 x  و لله الحمد

Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.

Inilah sesungguhnya esensi ibadah haji dan kurban. Kita diajari tentang cinta, ketaatan dan kepatuhan total kepada Allah SWT. Kita pun diajari tentang keharusan untuk berkorban. Mengorbankan apa saja yang ada pada diri kita. Semata-mata demi kemuliaan Islam dan kaum Muslim.

Karena itu dengan mengambil ibrah dan keteladanan berupa cinta, ketaatan dan pengorbanan Nabiyullah Ibrahim as. dan Baginda Rasulullah saw., mari kita songsong kembali masa depan cerah peradaban umat manusia di bawah naungan Islam.

بارك الله لى ولكم فى القرأن العظيم ونفعنى وإياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم
 أقول قولى هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم


Khutbah kedua
Muqaddimah, wasiat takwa, sholawat ibrahimiyah

Doa
Ya Allah, Tuhan kami. Inilah hari yang penuh berkah dan keberuntungan. Hari ini berkumpul kaum Muslim. Memenuhi sudut-sudut bumi-Mu. Hadir di antara mereka pemohon, peminta dan perindu. Ada di tengah-tengah mereka yang kini merasakan ketakutan dan mengharapkan perlindungan-Mu.

Ya Allah, sekiranya pada hari ini, Engkau hanya menerima tobat orang-orang yang berserah diri dan mengakui segala dosanya, maka demi keagungan-Mu, kami berserah diri dan mengakui segala dosa kami.

Ya Allah, ya Tuhan kami. Jadikanlah ibadah haji saudara-saudara kami di Tanah Suci, haji yang mabrur, sai yang maqbul, dosa yang diampuni, amal shalih yang diterima dan usaha yang tak akan pernah merugi.

Ya Allah, angkatlah cobaan-Mu atas penduduk negeri ini. Selamatkan kami dari azab yang pedih, yang Engkau turunkan dari atas kami, atau dari bawah kami, atau dengan perpecahan di antara kami.

Ya Allah, persatukanlah hati-hati kami. Perbaikilah keadaan kami. Tunjukilah kami jalan-jalan keselamatan. Entaskanlah kami dari aneka kejahatan. Yang tampak maupun tersembunyi. Berkatilah pendengaran-pendengaran kami, penglihatan-penglihatan kami dan hati-hati kami. Berkatilah istri-istri kami, anak-anak kami dan keluarga kami.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا، وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ، وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ، اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا، رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ.

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً، وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ بَصِّرْنَا بِدِيْنِكَ، وَوَفِّقْنَا لِاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ، وَأَعِذْنَا مِنَ الْفِتَنِ كُلِّهَا، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ إِنَّكَ  أَنْتَ السَمِيْعُ الْعَلِيْم .

اَلَّلهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَ أَصْلِحْ لَناَ دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.

الَّلهُمَّ ارْزُقْنَا تَوْبةً قَبْلَ اْلَمْوتِ، وَ شَهَادَةً عِنْدَ الْمَوْتِ، وَ رِضْوَانَكَ وَ الْجَنَّةَ بَعْدَ الْمَوْتِ.

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُوْرِ كُلِّهَا، وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الأَخِرَةِ.

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَنَا وَ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ وَ قَتَلَ  اْلمُؤْمِنِيْنَ، يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ الْعَنْ كَفَرَةَ وَ الْمُشْرِكِيْنَ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ، وَ يُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ، وَ يُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ.

اَللَّهُمَّ خَالِفْ بَيْنَ كَلِمِهِمْ، وَ زَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ، وَ أَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي لَا تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الظّالِمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ انْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَ مَنْ نَصَرَ الإِسْلاَمَ وَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

الله أكبر 3 x  و لله الحمد.

---------
عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ، وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ، وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.

و السلام عليكم و رحمة الله و بركاته.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAKWAH, FARDHU ‘AIN ATAU FARDHU KIFAYAH?

MENGUPAS KAIDAH “MÂ LÂ YATIMMU Al-WÂJIB ILLÂ BIHI FAHUWA WÂJIB”

CARA DUDUK TASYAHUD AKHIR MENURUT 4 MADZHAB