MULIA BERSAMA AL-QURÂN


MULIA BERSAMA AL-QURÂN
Al Faqiir ilaLLah Wahyudi Ibnu Yusuf

Bulan Ramadhan adalah bulan mulia. Di antara sebab kemuliaannya adalah di bulan ini diturunkan kitab mulia. Al Quran al kariim (al Quran yang mulia). Allah Ta’ala berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. al Baqarah [2]: 185)
 
Sebagaimana bulan Ramadhan mulia karena al Quran, kertas yang ditulis di atasnya ayat-ayat al Quran juga ikut mulia. Seberapa pun berharganya kertas yang bertulis Rp. 100.000 tidak akan sanggup mengalahkan kemuliaan kertas yang bertulis ayat-ayat al Quran. 


Demikian pula orang yang di hatinya ada al Quran, membaca, menghafal, mentadabburi maknanya, dan mengamalkan isinya maka ia juga akan menjadi mulia. Bilal bin Rabah seorang mantan budak yang berkulit hitam legam menjadi mulia karena mengemban al Quran. Bukankah ia orang yang suara langkah kaki dan terompahnya sudah berada di Surga.

Bangsa Arab yang sebelumnya bejat dan biadab kemudian menjadi bangsa terhormat dan beradab. Terdepan dan menjadi pemimpin dunia. Di muliakan dihadapan bangsa-bangsa lain. Pasukannya adalah pasukan yang disegani kawan, ditakuti lawan. Memimpin hampir 2/3 daratan. Itu pun karena mereka mengemban al Quran. Bukankah hal ini telah Allah janjikan:
لَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya? (QS. al-Anbiya [21]: 10)

Menurut Ibnu ‘Abbas, redaksi dzikrukum pada ayat di atas adalah syarafukum (kemuliaan kalian) (Tafsir al Quran al ‘Azhim, juz 5 hal. 334, Maktabah Syamilah).
Dalam Sabdanya yang mulia, Nabi kita menyatakan:
إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
Sessungguhnya Allah akan memulia suatu dengan kitab (al Quran) ini, dan menghinakan yang lainnya (HR. Muslim dari Umar bin Khattab)

Redaksi أَفَلَا تَعْقِلُونَ Maka apakah kamu tiada memahaminya?” pada ayat di atas begitu relevan dengan konsidi kita saat ini. Seolah Allah bertanya “apakah kalian ragu dengan al Quran sebagai sebab kemulian”, hingga kalian tidak membacanya, atau dibaca tapi tidak diamalkan, menganggap ada yang lebih tinggi darinya, bahkan mengkriminalkan ajarannya serta mencari-cari kesalahan orang yang mendakwahkannya. Jika itu yang dilakukan maka bersiap-siaplah, bersiap-siaplah Allah akan menghinakan siapapun yang mengabaikan al Quran. Karena siapapun yang mengabaikan al Quran sejatinya ia adalah musuh Rasulullah Saw. Allah berfirman:
وَقَالَ الرَّسُولُ يَارَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا (30) وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diabaikan". Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa (QS. al-Furqan [25]: 30-31)

Apa saja bentuk mengabaikan al Quran?. Menurut Imam Ibnu Katsir di antara bentuk mengabaikan al Quran adalah tidak membacanya, tidak mentadabburi maknanya, tidak mengimaninya, tidak membenarkan isinya, tidak mengamalkan kandungannya, dan menganggapnya setara dengan ucapan-ucapan selainnya. Betapa hinanya orang yang mengabaikan al Quran. Apalagi bagi orang yang menganggap ada yang lebih tinggi darinya. Na’udzu billahi min dzalik.

Di bulan yang mulia ini, semoga Allah muliakan kita dengan bersama kitab yang mulia. Membacanya, mengamalkannya, dan memperjuang tegaknya hukum-hukum Allah yang termaktub di dalamnya. Aamiin
Alalak, 12 Ramadhan 1440 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAKWAH, FARDHU ‘AIN ATAU FARDHU KIFAYAH?

MENGUPAS KAIDAH “MÂ LÂ YATIMMU Al-WÂJIB ILLÂ BIHI FAHUWA WÂJIB”

CARA DUDUK TASYAHUD AKHIR MENURUT 4 MADZHAB