Kaidah Menggabungkan Niat

KAIDAH MENGGABUNGKAN NIAT
(At-Tasyriik fi an-niyah)

At-tasyrik fi an-niyah adalah menggabungkan dua niat atau lebih pada satu Ibadah. Menggabungkan niat terjadi pada beberapa model yang berbeda-beda dan status hukumnya pun berbeda-beda.
Pertama,  Mengabungkan niat pada ibadah fardhu/wajib dengan ibadah sunnah

Rinciannya adalah sebagai berikut:
-          Sahnya pengabungan dua niat ibadah tanpa membatalkan salah satunya. Contohnya: sahnya mandi janabah sekaligus mandi sunah hari jumat, membaca salam di akhir shalat sekaligus mengucap salam pada jama’ah shalat, haji wajib yang digabung dengan umroh sunah, shaum arofah digabung dengan shaum qadha atau nadzar atau kafarah dsb

-          Hanya ibadah fardhu yang sah. Contohnya menggabungkan niat haji fardhu dengan haji sunnah maka yang sah hanya haji fardhu, qadha shalat fardhu di malam Ramadhan digabung dengan tarawih maka batallah tarawihnya.

-          Hanya ibadah sunnah yang sah dan ibadah fardhunya batal. Misalkan: berniat berzakat sekaligus sedekah sunnah padahal belum terpenuhi nishab dan haul zakatnya maka yang diterima adalah sedekah sunnahnya
-          Menyebabkan batal keduanya. Misalkan: seorang masbuq yang mendapati imam sudah ruku’ lalu takbiratul ihram yang digabung dengan takbir ruku’ (langsung rukuk) maka batallah shalatnya, contoh lain niat shalat fardhu subuh digabung dengan qabliyah subuh.
Kedua, Ibadah fardhu digabung dengan fardhu yang lain. Misalnya haji dan umroh yang wajib, mandi janabah dengan wudhu maka keduanya sah.
Ketiga, Ibadah sunnah digabung dengan ibadah sunnah yang  lain
Jika satu ibadah sunnah tidak dalam satu waktu yang bersesuaian bagi ibadah sunnah yang lain maka tidah sah keduanya. Seperti shalat dhuha dengan qadha sunnah qabliyah subuh. Jika dalam waktu yang bersesuaian maka sah, misalkan shalat sunnah qabliyah subuh dengan shalat tahiyyatul masjid. Namun demikian terdapat pengecualian pada sejumlah kasus seperti sahnya mengabungkan niat mandi di hari jumat dengan mandi hari ‘id, niat shaum sunnah ‘arafah dengna shaum senin-kamis.
Keempat, niat pada perkara di luar ibadah mahdhah seperti mengatakan pada istri ucapan  “Anta ‘alaiyya haram. Engkau haram bagiku”  dengan maksud talak dan zhihar sekaligus. Maka yang sah adalah apa yang dipilih oleh pengucap salah satu dari keduanya (talak atau zhihar). 

Rujukan: Fiqhu an-niyah karya Syaikh Nashir bin Ismail bin Muhammad al-Hilwaniy hlm 112- 116
Diterjemahkan secara bebas oleh Wahyudi Ibnu Yusuf
Banjarmasin, 6 Agustus 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAKWAH, FARDHU ‘AIN ATAU FARDHU KIFAYAH?

MENGUPAS KAIDAH “MÂ LÂ YATIMMU Al-WÂJIB ILLÂ BIHI FAHUWA WÂJIB”

CARA DUDUK TASYAHUD AKHIR MENURUT 4 MADZHAB