DUA DUKA DI BULAN MULIA


DUA DUKA DI BULAN MULIA

Dua hari berturut-turut bangsa ini, khususnya umat Islam berduka. Duka pertama atas meninggalnya enam orang pengunjuk rasa dan ratusan lainnya luka-luka. Tak kuasa kita menahan air  mata melihat anak bangsa meregang nyawa. Siapapun pelakunya, kita bertanya “mengapa sebrutal itu pelakunya?”. Bukankah nyawa seorang muslim lebih berharga dari padanya hancurnya seisi dunia. Nabi bersabda: 

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ
Sungguh, hancurnya dunia lebih ringan bagi Allah dari terbunuhnya seorang muslim (HR. Tirmidzi)

Duka kedua, saat kita mendengar meninggalnya ulama rabbani, mujahid dakwah yang pemberani KH. Arifin Ilham al Banjari, semoga Allah senantiasa mengasihi. Seorang ulama yang dengan penuh rasa cinta dan kelembutan bahasa senantiasa menasihati penguasa. Di saat banyak pihak nyiyir dengan khilafah sebagai ajaran Islam, beliau justru  berkata “puncak perjuangan kita adalah tegaknya Khilafah”. Sebuah kalimat singkat yang andai tak didasari keikhlasan niscaya akan berat untuk diucapkan. Sungguh, kita kehilangan sosok yang berilmu sekaligus pejuang yang ikhlas. Dengan meninggalnya beliau maka di angkatlah ilmu dari muka bumi. Nabi Saw bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

"Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan" (HR. Bukhari dan Muslim)

Selamat  jalan wahai guru sejati dan  pejuang yang pemberani. Engkau tinggalkan dunia yang fana dengan senyuman, karena rahmat Tuhanmu lebih mempesona, sedang kami yang kau tinggalkan menangis melepas kepergianmu, dan menangis karena menatap kondisi negeri yang makin mengiris hati. Ketidakadilan yang makin menjadi-jadi, kezaliman dipertontonkan dengan vulgar sekali. 

Wahai guru kami, kami berjanji akan lanjutkan perjuanganmu. Menegakkan puncak perjuangan, janji Allah yang pasti, dan kabar sang Nabi yang akan segera wujud kembali, hingga saatnya kami pulang nanti. Semoga kita semua dikumpulkan Allah dalam jannahnya yang abadi. Aamiin

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. an-Nisa [4]: 69)

#Materi ini akan dijadikan sebagai naskah khutbah Jum’at. Semoga bermanfaat
Banjarmasin, 19 Ramadhan 1440 H
Al faqiir ilaLlah Wahyudi Ibnu Yusuf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAKWAH, FARDHU ‘AIN ATAU FARDHU KIFAYAH?

MENGUPAS KAIDAH “MÂ LÂ YATIMMU Al-WÂJIB ILLÂ BIHI FAHUWA WÂJIB”

CARA DUDUK TASYAHUD AKHIR MENURUT 4 MADZHAB