JARI TELUNJUK SAAT TASYAHUD

ISYARAT JARI TELUNJUK SAAT TASYAHUD
Bagaimana caranya yang sesuai sunnah Nabi Saw?
Oleh: Wahyudi Ibnu Yusuf

Di salah satu kajian fikih ada jama’ah bertanya. Bagaimana isyarat jari telunjuk saat membaca tasyahhud yang sesuai sunnah? Saya jawab bahwa semua variasi isyarat dan gerakan jari telunjuk yang dijelaskan imam empat madzhab semuanya sesuai sunnah. Karena semuanya bersandar pada hadis Nabi Saw. Kenapa bisa berbeda-beda dalam praktiknya?. Karena mereka berbeda dalam memahami hadis Nabi Saw.
Semua madzhab yang empat sepakat mengenai formasi jari-jari pada tangan kiri yaitu jari-jari diluruskan dan diletakkan di atas paha. Perbedaan pendapat hanya pada formasi jari-jari tangan kanan. Berikut adalah rincianya.

Madzhab Hanafi
Semua jari-jari tangan baik kanan dan kiri dibuka. Tidak ada yang digenggam (laa yaq’udu syai’an min ashabi’ihi). Persis seperti ketika duduk di antara dua sujud. Ketika membaca laa ilaha maka jari telunjuk tangan kanan diangkat. Tidak diggerak-gerakkan. Lalu ketika membaca illaLllah jari telunjuk diturunkan seperti semula. Dalilnya adalah hadis riwayat Imam Muslim dari Zubair bin Abdullah yang hanya menjelaskan bahwa Nabi Saw meletakkan tangan di atas paha dan memberi isyarat dengan telunjuk beliau. Hadis yang dimaksud adalah:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَعَدَ يَدْعُو وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ وَوَضَعَ إِبْهَامَهُ عَلَى إِصْبَعِهِ الْوُسْطَى وَيُلْقِمُ كَفَّهُ الْيُسْرَى رُكْبَتَهُ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika duduk berdoa, beliau letakkan tangan kanannya diatas paha kananya, dan tangan kirinya diatas paha kirinya, dan beliau memberi isyarat dengan jari telunjuknya dan beliau letakkan jempolnya pada jari tengahnya, sementara telapak kirinya menggenggam lututnya.(HR. Muslim)

Madzhab Maliki
Jari kelingking, manis, dan tengah dari tangan kanan mengenggam. Ibu jari tetap lurus dan menempel di paha, sedang  jari telunjuk diangkat sejak awal tasyahud. Sehingga membentuk angka 29. Disunnahkan menggerak-gerakkan jari telunjuk dari awal tasyahud hingga akhir. Gerakannya dari arah kanan ke kiri, bukan atas ke bawah. Dalil dari pendapat ini adalah riwayat dari Wail bin Hujr yang menceritakan sifat shalat Nabi.
ثم قعد فافترش رجله اليسرى، ووضع كفه اليسرى على فخذه، وركبته اليسرى، وجعل حد مِرْفقه الأيمن على فخذه اليمنى، ثم قبض ثنتين من أصابعه، وحلَّق حَلْقةً، ثم رفع أُصبعه، فرأيته يحركها ، يدعو بها
Kemudian beliau (Nabi Saw) duduk dengan cara duduk iftirasy/duduk du atas telapak kaki kiri. Meletakkan telapak tangan kiri di atas paha dan paha kiri. Merenggangkan siku kanan di atas paha kanan. Kemudian menggenggam dua jari beliau (jempol dan jari tengah) dan membentuknya lingkaran/bulatan. Mengangkat jari (telunjuk) beliau. Maka aku melihat beliau menggerakkannya dan beliau berdoa dengan cara seperti itu (HR. Ahmad, Abu Dawud, an Nasaai, dll)

Madzhab Syafi’i
Menurut pendapat yang mu’tamad adalah jari kelingking, manis dan tengah mengenggam. Jari telunjuk dan ibu jari lurus dan digabungkan, yakni ujung ibu jari menempel pada jari telunjuk sehingga membentuk angka 53. Angka lima terbentuk dari penggabungan ibu jari dan jari telunjuk dan angka tiga terbentuk dari jari telunjuk, tengah, manis dan kelingking. Ketika membaca illaLlah jari telunjuk diangkat tanpa menggerak-gerakkannya. Formasi tersebut terus bertahan hingga salam. Dalilnya adalah hadir dari Ibnu Umar, beliau berkata:
أن النبي صلّى الله عليه وسلم وضع يده اليمنى على ركبته اليمنى، وعقد ثلاثاً وخمسين، وأشار بالسبابة
Bahwasanya Nabi Saw meletakkan tangan beliau yang kanan di atas lutut beliau yang kanan. Dan menggabungkan jari-jarinya hingga membentuk angka lima puluh tiga dan memberi isyarat dengan jari telunjuk (HR. Muslim)
Adapun dalil tidak menggerakkan jari telunjuk dan hanya memberi isyarat yaitu dengan mengangkat adalah hadis dari Abdullah bin Zubair, beliau berkata:
كان النبي صلّى الله عليه وسلم يشير بأصبعه إذا دعا، ولايحركها
Adalah Nabi Saw, beliau mengisyaratkan dengan jarinya ketika berdoa dan tidak menggerak-gerakkannya  (HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasaai dan Ibnu Hibban)

Madzhab Hanabilah
Formasinya dengan madzhab Imam Syafi’i. Perbedaannya hanya pada ibu jari dan jari tengah yang membentuk lingkaran. Ada keterangan lain yang menyebutkan bahwa waktu mengangkat jari adalah saat disebut lafadz jalalah Allah. Wallahu a’lam bi ash shawab

Rujukan:
Abdurrahman al Jazairi. Al Fiqh ‘ala al madzahib al arba’ah. Juz 1 hal. 239-240. Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyah
Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy Syaukani. Nailul Authar, Syarh Muntaqa al Akhbar min Ahaditsi min Sayyidi al Akhbar. Juz 1 hal 638-639. Mesir: Dar al Hadits
Wahbah bin Mustafa az Zuhaili. al Fiqh al Islmiy wa adillatuhu. Juz 1 hal. 750-752. Damaskus: Darul Fikri
Banjarmasin, 23 Januari 2019 pkl 00.22 wita

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAKWAH, FARDHU ‘AIN ATAU FARDHU KIFAYAH?

MENGUPAS KAIDAH “MÂ LÂ YATIMMU Al-WÂJIB ILLÂ BIHI FAHUWA WÂJIB”

CARA DUDUK TASYAHUD AKHIR MENURUT 4 MADZHAB