Bela Bendera Tauhid

Khutbah Jum’at
*BELA KEMULIAAN BENDERA TAUHID*
Oleh: Wahyudi Ibnu Yusuf

Di daerah Mu’tah, 3000 pasukan kaum muslimin akhirnya bertemu dengan pasukan gabungan Romawi dan suku-suku Arab perbatasan yang mencapai 200.000 personel. Perbandingan pasukan yang sangat-sangat tidak imbang. Kaum muslimin sempat ragu dan berencana mengirim surat kepada Rasulullah untuk mendapatkan pasukan tambahan atau menarik mundur pasukan. Tampillah Abdullah bin Rawahah membakar semangat kaum muslimin dengan ucapannya:

يَا قَوْمُ، وَاللَّهِ إِنَّ الَّذِي تَكْرَهُونَ لِلَّذِي خَرَجْتُمْ لَهُ تَطْلُبُونَ الشَّهَادَةَ، وَمَا نُقَاتِلُ النَّاسَ بِعَدَدٍ، وَلا قُوَّةٍ، وَلا كَثْرَةٍ، إِنَّمَا نُقَاتِلُهُمْ بِهَذَا الدِّينِ الَّذِي أَكْرَمَنَا اللَّهُ بِهِ، فَانْطَلِقُوا فَإِنَّمَا هِيَ إِحْدَى الْحُسْنَيَيْنِ، إِمَّا ظُهُورٌ، وَإِمَّا شَهَادَةٌ
Wahai pasukan Islam. Demi Allah sesungguhnya apa yang kalian tidak sukai justru itu yang kalian cari, yaitu mati syahid. Kita tidak memerangi manusia karena jumlahnya, tidak pula karena kekuatan dan banyaknya. Kita memerangi mereka hanya karena alasan agama ini yang dengannya Allah telah muliakan kita. Berangkatlah kalian! Yang akan kalian peroleh adalah satu dari dua kebaikan. Menang atau mati syahid (HR. Ath-Thabarani dalam Al Mu’jam al Kabîr juz 14/471)


Perang pun berkecamuk. Komandan kaum muslimin Zaid bin Haritsah maju ke medan perang dengan membawa ar- Royah. Panji Rasulullah yang berwarna hitam bertulis LAA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH. Zaid merangsek ke tengah pertahanan musuh dengan keberanian yang melampaui batas khayalan. Hingga akhirnya sebatang tombak merobek tubuhnya. Ia menemukan satu dari dua kebaikan, yaitu syahid. Panji Rasulullah lalu diraih oleh Ja’far bin Abi Thalib yang saat itu baru berusia 33 tahun. Ia lalu menyerang dengan penuh keberanian, seolah memburu kematian. Hingga tangan kanannya terputus. Lalu ar-Royah  ia genggang tangan kirinya. Tangan kirinya pun terputus. Lalu ia dekap ar-Royah dengan bahunya. Ia terus mempertahankanya hingga seorang tentara Romawi memenggal tubuhnya menjadi dua bagian. Ia pun menemui satu dari dua kebaikan, syahid. Kelak di surga Allah ganti kedua tangannya dengan dua buah sayap. Karena ia mendapat  gelar Dzul Janahain (Si pemilik dua sayap di surga).  Ar royah lalu diraih oleh Abdulllah bin Rawahah. Meski sempat ragu, Abdullah beperang dengan gagah berani hingga ia pun menemui syahidnya (ar-Rahîq al Makhtûm h. 357).

Ar-royah lalu diraih Tsabit bin Aqram. Lalu ia berteriak lantang: “Wahai kaum muslimin, pilihlah seorang komandan yang pantas di antara kalian”. Lalu mereka memilih Khalid bin Walid. Khalid memegang ar-Royah. Ringkasnya, pada hari kedua pasukan kaum muslimin meraih kemenangan secara psikologis. Itu pun satu dari dua kebaikan.

Kaum muslimin rahimakumullah

Demikianlah penjagaan dan pembelaan para sahabat Nabi Saw terhadap ar-Royah atau bendera/Panji Tauhid. Mereka jaga kemuliaannya hingga tetes darah penghabisan. Meski tubuh tercincang, nyawa melayang. Karena bendera ini adalah simbol keimanan. Dengan kalimat yang tertulis padanya kita beriman. Dengan iman di dada, derajat menjadi mulia di sisi Allah. Jika kalimat ini kita ucapkan di akhir kehidupan maka jaminanya adalah surga. Inilah bendera yang menjadi simbol atau syiar Islam. Siapa pun yang menjaga, membela dan mengagungkannya maka itu adalah bukti takwa di dalam dada. Allah berfirman:
وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
Dan siapa saja yang mengagungkan syiar-syiar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati (QS. Al Hajj: 32)

Kaum muslimin rahimakumullah

Jika hari ini bendera tauhid dirampas. Lalu dibakar ramai-ramai sambil jingkrak-jingkrak kegirangan. Kita layak marah. Marah, karena bendera dengan kalimat tauhid di dalamnya dihina dan dinista.  Jika pembakar bendera Tauhid berdalih “agar tidak diinjak-injak”. Kita bertanya, mengapa dengan dibakar?. Jika alasannya untuk memuliakannya, mengapa disertai jingkrak-jingkrak seolah bergembira. Jika alasannya diqiyas dengan bolehnya membakar mushaf al Quran di zaman Ustman bin ‘Affan. Ini adalah qiyas ma’al faariq alias menyamakan dua hal yang jelas-jelas berbeda. Ustman membakar mushaf setelah menyalin mushaf al-Quran yang standar, karena sebelumnya ada beragam versi bacaan. Jika dalih mereka adalah bahwa yang dibakar bendera HTI. Sesungguhnya HTI tidak memiliki bendera. Kalaulah selama ini HTI membawa bendera Tauhid ini karena semata mencontoh sunnah baginda Nabi. Ibnu Abbas berkata:
كَانَتْ رَايَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَوْدَاءَ وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضَ
Panji Rasulullah saw berwarna hitam dan bendera beliau berwarna putih (HR. Tirmidzi, al Baihaqi, ath-Thabarani dan Abu Ya’la).

Dalam riwayat lain disebutkan, dari Ibnu ‘Abbas:
كانت راية رسول الله صلى الله عليه وسلم سوداء ولواءه  أبيض ، مكتوب فيه : لا إله إلا الله محمد رسول الله
Panji Rasulullah Saw berwarna hitam dan bendera beliau berwarna putih. Tertulis padanya kalimatnya LAA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD  RASULULLAH (HR. Abu Syaikh al-Ashbahani dengan derajat shahih dalam kitab Akhlaq an Nabiy shallallahu ‘alaihi wa sallam)

Wahai pembakar panji tauhid. Anda tidak hanya telah melukai hati kaum muslimin. Tapi anda juga telah ‘menyakiti’ Allah dan Rasul-Nya dengan menjadikan kalimat tauhid sebagai olok-olokkan dan hinaan. Maka bertaubatlah sebelum terlambat. Bertaubatlah dengan taubat yang benar. Mintalah maaf dengan tulus. Buktikan taubat kalian dengan dengan menjadi pembela kalimat tauhid dan bendera tauhid. Dengannya semoga saat ajal menjemput lisan kita dimudahkan mengucap LAA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD  RASULULLAH. Aamiin

 Banjarmasin, 15 Shafar 1440 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAKWAH, FARDHU ‘AIN ATAU FARDHU KIFAYAH?

MENGUPAS KAIDAH “MÂ LÂ YATIMMU Al-WÂJIB ILLÂ BIHI FAHUWA WÂJIB”

CARA DUDUK TASYAHUD AKHIR MENURUT 4 MADZHAB