Istiqamah Hingga Saatnya Pulang

Istiqamah Hingga Saatnya Pulang
Belajar dari kisah murtadnya mantan Sahabat Nabi ar Rojal bin ‘Unfuwah

Dalam al-Bidâyah wa an-Nihâyah, Imam Ibnu Katsir meriwayatkan dari Ibnu Ishaq bahwa beberapa sahabat Nabi saw  sedang berkumpul. Diantara mereka hadir Abu Hurairah dan ar Rojal bin ‘Unfuwah. Lalu Nabi saw bersabda:
أحدكم ضرسه في النار مثل أحد
Salah seorang di antara kalian (kelak) gigi gerahamnya di neraka semisal gunung Uhud (al-Bidâyah wa an-Nihâyah 5/62)

Menurut para ulama tubuh orang kafir kelak di neraka besar-besar, bayangkan gigi gerahamnya saja sebesar gunung Uhud. Apa hikmahnya? Menurut para ulama agar menambah beratnya siksaan bagi mereka. Dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah, Nabi bersabda:
ضِرْس الْكَافِر مِثْل أُحُد ، وَغِلَظ جِلْده مَسِيرَة ثَلَاث وَمَا بَيْن مَنْكِبَيْهِ مَسِيرَة ثَلَاث
Gigi geraham orang kafir semisal gunung Uhud, ketebalan kulitnya sejauh tiga hari perjalanan dan antara dua bahunya sejauh tiga hari perjalanan (HR. Muslim)



Mendengar khabar dari Nabi di atas Abu Hurairah hari-harinya senantiasa dicekam rasa takut. Jangan-jangan dirinya yang dimaksudkan Nabi. Satu persatu-satu sahabat menemukan syahidnya dalam beberapa peperangan hingga tersisa dirinya dan Ar Rojal bin ‘Unfuwah. Bertambah berdebarlah dada Abu Hurairah.

Dimasa Nabi, muncul gerakan pemurtadan Nabi Palsu Musailamah al Kadzdzab  yang maknanya “sang pembohong besar”. Karena kadzdzab adalah bentuk mublagah dari kâdzib (sang pembohong) Hingga ketika Nabi wafat, beliau tak sempat menumpas gerakan Nabi palsu ini.

Di masa Khalifah Pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq diutuslah ar Rojal bin ‘Unfuwah untuk mendakwahi Musailamah. Ia adalah sahabat Nabi yang banyak menghafal al Quran, bahkan mungkin sudah bergelar al hafizh. Ia turut berperang bersama Nabi dalam beberapa peperangan. Namun apa yang terjadi?. Demi melihat banyaknya pengikut Musailamah dan tawaran jabatan yang menggiurkan dari Musailamah alih-alih mendakwahinya, justru ar Rojal ‘terdakwahi’ dan murtad serta menjadi pengikut setia Musailamah. Ia telah pindah kubu. Menjadi pembela sang pembohong besar. Bahkan ia menjadi semangat baru dan ‘darah segar’ bagi pengikut Musailamah. Mereka semakin yakin bahwa mereka berada di jalan yang benar. Buktinya seorang sahabat Nabi yang hafal al Quran saja berpihak pada Musailamah. Dengan bergabungnya ar Rojal semakin banyak saja orang yang murtad dan menjadi pengikut Musailamah.

Di sisi lain, Abu Hurairah menjadi lega bahwa bukan dirinya yang disebut Nabi gigi gerahamnya sebesar gunung Uhud. Kaum muslimin juga bertambah yakin akan kabar dari Nabi saw.

Dalam perang Yamamah, akhirnya Ar Rojal bin ‘Unfuwah terbunuh dengan tragis dan terhina. Terbunuh sebagai orang kafir yang di neraka kelak gigi gerahamnya sebesar gunung Uhud.

Sahabat sekalian. Pelajaran penting dari kisah nyata ini adalah pentingnya menjaga keistiqamahan hingga akhir hayat kita. Tak ada jaminan bahwa kita tetap dalam keimanan. Karenanya kita senantiasa mengulang-ulang doa kita dalam sholat.
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Ya Allah tunjukkilah kami jalan yang lurus (Islam) (QS. Al fatihah [1]: 6)

Bukankah kita telah berislam? Mengapa diperintahkan menggulang-ulang ayat ini sedikitnya 17 kali dalam sehari semalam? Jawabnya adalah agar kita senantiasa istiqamah dalam keislaman kita. Demikian pula para khatib senantiasa mengingatkan dalam khutbahnya dengan mengutip firman Allah:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Wahai orang-orang yang beriman. Bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Dan janganlah sekali-kali engkau mati kecuali kalian dalam keadaan sebagai muslim (QS. Ali ‘Imron[3]: 102)

Dalam surah an Nisa ayat 136 Allah juga menyatakan:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ...
Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya... (QS. An-Nisa [4]: 136)
Mengapa orang beriman diperintahkan beriman lagi? Apakah ini tidak termasuk pemborosan kalimat? Jawabnya tidak. Ayat ini menegaskan kepada kita untuk istiqamah dalam keimanan.

Ada satu doa yang diajar Imam Hasan al Bashri yang bagus untuk kita amalkan.
اللهم أنت ربنا، فارزقنا الاستقامة
Ya Allah Engkau Tuhan kami. Maka anugerahkanlah pada kami keistiqamahan (Tafsir Ibnu Katsir 7/176)

Semoga dengan wasilah mengamalkan doa ini serta dengan amal-amal ketataan lainya termasuk berdakwah dan bergaul bersama orang-orang shaleh maka Allah senantiasa istiqamahkan kita hingga menemui kematian dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.
Banjarmasin, 11 Muharram 1440 H/20 September 2018
Al faqîr ila rahmatillah Wahyudi Ibnu Yusuf

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGUPAS KAIDAH “MÂ LÂ YATIMMU Al-WÂJIB ILLÂ BIHI FAHUWA WÂJIB”

DAKWAH, FARDHU ‘AIN ATAU FARDHU KIFAYAH?

CARA DUDUK TASYAHUD AKHIR MENURUT 4 MADZHAB