Khutbah Idul Adha 1439 H
بسم الله الرحن الرحيم
HAJI DAN
KURBAN:
KETAATAN,
PERJUANGAN DAN PENGORBANAN
السلام
عليكم و رحمة الله و بركاته
الله
أكبر
3 x الله أكبر 3 x الله
أكبر
3 x
اللهُ
أَكْبَرُ كَبِيْرًا،
وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا،
وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلاً.
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ،
صَدَقَ وَعْدَهُ،
وَنَصَرَ عَبْدَهُ،
وَأَعَزَّ جُنْدَهُ
وَهَزَمَ الأَحْزَابَ
وَحْدَهُ.
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ هُوَ اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ
أَكْبَرُ وَ للهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ
للهِ الًّذِيْ
جَعَلَ لَنَا عِيْدَ الْفِطْرِ
وَ اْلأَضْحَى، وَ أَمَرَنَا
بِالتَّقْوَى، وَ نَهَانَا
عَنِ اتِّبَاعِ
الْهَوَى.
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ نِعْمَ
الْوَكِيل وَنِعْمَ
الْمَوْلَى، وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَ مَنْ يُنْكرْهُ
فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً
بَعِيدًا.
وَ
صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا
وَ حَبِيْبِنَا
الْمُصْطَفَى، نِبِيِّ الْهُدَى،
الَّذِيْ لاَ يَنْطِقُ
عَنْ الْهَوَى،
إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى،
وَ عَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ
أَهْلِ الصِّدقِ
وَ الْوَفَا،
وَ مَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الْجَزَا.
أَمَّا
بَعْدُ:
فَياَ
اَيُّهَا النَّاسُ،
اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ، وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى.
الله
أكبر
3 x و
لله الحمد
Alhamdulillah.
Milik-Nya segala keagungan. Untuk-Nya seluruh pujian. Bagi-Nya segala
sanjungan. Dialah Zat Yang Maha Pengasih. Maha Penyayang.
Shalawat dan
salam semoga senantiasa Dia limpahkan, kepada hamba sekaligus rasul pilihan.
Baginda Nabi Muhammad saw. sang teladan. Shalawat dan salam semoga juga
terlimpah kepada keluarga, para sahabat dan umat beliau, hingga akhir zaman.
Amiin.
Saudara-saudaraku
sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.
Saat ini, ada
jutaan kaum Muslim. Dari seluruh penjuru bumi. Berkumpul di Tanah Suci.
Memenuhi panggilan Ilahi. Menunaikan ibadah haji. Setiap tahun sekali. Selalu
menjadi panorama yang amat memikat hati. Membuat siapapun berhasrat
menginjakkan kaki. Di Tanah kelahiran Baginda Nabi.
الله
أكبر
3 x و
لله الحمد
Jamaah
Idul Adha yang Allah muliakan.
Sebagaimana
kita saksikan. Sebagaimana juga kita rasakan. Saat Idul Adha kita rayakan. Bangsa
ini dirundung oleh ragam ujian. Tampak nyata hasrat untuk saling berebut kekuasaan.
Tampak jelas nafsu untuk terus mempertahankan kekuasaan.
Ego pribadi.
Kehendak golongan. Kepentingan partai. Tak jarang mendominasi. Saling sikut
berebut kursi. Masing-masing siap mengorbankan apa saja. Bahkan mengorbankan
siapa saja. Demi jabatan dan kekuasaan. Para pendukung dan pengikutnya pun
setali tiga uang. Siap melibas dan melawan pihak lawan.
Saat yang
sama. Rakyat terus ditimpa nestapa. Kemiskinan dan Pengangguran dimana-mana. Kriminalitas
meraja-lela. Harga-harga barang melambung. Utang negara terus menggunung.
Di sisi lain,
bencana demi bencana terus mengguncang negeri ini. Yang terkini adalah gempa
bumi yang bertubi-tubi. Di NTB dan Bali. Semua ini tentu makin menambah derita
penduduk negeri tercinta ini.
Namun
demikian, Saudara-saudaraku sekalian, hendaknya kita selalu menyadari. Semua
duka pada akhirnya akan terhenti. Kecuali duka karena meninggalkan petunjuk
Baginda Nabi. Semua bahagia pun akan sirna. Kecuali bahagia saat kita diakui
sebagai umatnya.
الله
أكبر
3 x و
لله الحمد
Saudara-saudaraku
sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.
Karena itu,
di tengah nestapa dan derita bangsa ini, juga dalam momen Idul Adha yang begitu
syahdu tahun ini, mari kita bayangkan sejenak. Peristiwa penting sekitar 14
abad yang lewat. Peristiwa yang dikenal dengan Haji Wada’. Beberapa bulan saja
sebelum Baginda Nabi saw. menghadap kekasihnya yang mulia, Allah SWT.
Nabi
berkhutbah di hadapan lebih dari 100 ribu jamaah haji. Tak hanya sekali. Beliau
berkhutbah di Hari Arafah, Hari Idul Adha juga Hari Tasyriq. Wahai hadirin,
simaklah baik-baik sebagian dari isi khutbah manusia agung ini:
Wahai manusia, perhatikanlah kata-kataku
ini. Aku tak tahu, boleh jadi sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, aku
tak lagi akan bertemu dengan kalian.
Wahai manusia, sungguh darah dan harta
kalian adalah suci bagi kalian, seperti sucinya hari ini, juga bulan ini,
sampai datang masanya kalian menghadap Tuhan... Saat itu kalian akan dimintai
pertanggungjawaban atas segala perbuatan kalian...
Ingatlah baik-baik, janganlah kalian
sekali-kali kembali pada kekafiran atau kesesatan sepeninggalku sehingga
menjadikan kalian saling berkelahi satu sama lain...
Ingatlah baik-baik, hendaklah orang yang
hadir pada saat ini menyampaikan nasihat ini kepada yang tidak tidak hadir.
Boleh jadi sebagian dari mereka yang mendengar dari mulut orang kedua lebih
dapat memahami daripada orang yang mendengarnya secara langsung... (HR al-Bukhari dan Muslim).
Beliau
pun bersabda:
Wahai manusia, ingatlah, Tuhan kalian
satu. Bapak kalian juga satu.
Ingatlah, tak ada keutamaan bangsa Arab
atas bangsa non-Arab. Tak ada pula keunggulan bangsa non-Arab atas bangsa Arab.
Tidak pula orang berkulit putih atas orang berkulit hitam. Tidak pula orang
berkulit hitam atas orang berkulit putih. Kecuali karena ketakwaannya... (HR Ahmad).
Beliau
juga bersabda:
Wahai manusia, sesungguhnya segala
hal yang berasal dari tradisi jahiliah telah dihapus di bawah dua telapak
kakiku ini...Riba jahiliah pun telah dilenyapkan...
Wahai manusia, bertakwalah
kalian kepada Allah dalam urusan wanita (istri). Sebab kalian telah
mengambil mereka dengan amanah Allah dan telah menghalalkan farji mereka dengan
kalimat-Nya...
Wahai manusia, sesungguhnya telah aku
tinggalkan untuk kalian dua perkara, yang menjadikan kalian tidak akan tersesat
selama-lama jika kalian berpegang teguh pada keduanya. Itulah Kitabullah dan
Sunnah Rasul-Nya... (HR
Ibnu Khuzaimah).
الله
أكبر
3 x و
لله الحمد
Saudara-saudaraku
sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.
Dari apa yang
Baginda Nabi saw. sampaikan di atas, ada sejumlah hal yang beliau nasihatkan
kepada kita. Di antaranya:
Pertama, kita diingatkan oleh beliau untuk tidak
merasa lebih mulia/utama dari bangsa lain. Tak selayaknya bangsa Arab merasa
lebih mulia atas bangsa non-Arab. Tak sepatutnya bangsa non-Arab, termasuk kita
di Nusantara ini, merasa lebih mulia dari bangsa Arab. Sebab kemuliaan manusia
atas manusia lain di sisi Allah SWT hanya karena ketakwaannya. Takwa tentu saja
harus dibuktikan dengan ketaatan total atas seluruh perintah dan larangan-Nya.
Takwa tentu wajib diwujudkan dengan menjalankan semua syariah-Nya.
Kedua, kita diperintahkan oleh beliau untuk
menjaga darah, harta dan kehormatan sesama. Tak boleh saling menumpahkan darah.
Haram saling merampas harta. Terlarang saling menodai kehormatan sesama. Karena
itu perintah untuk siap berkelahi dengan sesama saudara, dari siapapun
datangnya, tak selayaknya kita ikuti. Sebab itu berpotensi untuk menumpahkan
darah. Berpeluang mencederai harta. Bisa berujung pada penodaan kehormatan
sesama.
Saudara-saudaraku
sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.
Ketiga, kita diperintahkan oleh beliau agar
meninggalkan semua tradisi jahiliah. Di antaranya riba. Dalam segala bentuknya.
Sayang. Hari ini riba bukan saja merajalela. Riba bahkan telah menjadi pilar
ekonomi yang utama. Termasuk di negeri Muslim terbesar ini. Tidak aneh jika
utang ribawi, dengan bunga sangat tinggi, sangat berpeluang membangkrutkan
negeri ini. Akankah bangsa ini terus mengabaikan nasihat Baginda Nabi saw. ini?
Padahal jelas, nasihat beliau untuk menjauhi riba lebih layak ditujukan kepada
kita hari ini daripada ditujukan kepada para sahabat Nabi. Sebab pada masa para
sahabat, riba sudah sejak awal dicampakkan dan dibuang sejauh-jauhnya.
Keempat, kita diperintahkan oleh beliau untuk
memuliakan kaum wanita (istri-istri) kita. Tak sepatutnya kita menyakiti hati
mereka. Tak selayaknya kita menista mereka. Sebab mereka adalah sahabat kita.
Dalam suka dan duka. Teman setia, di dunia hingga ke surga. aamiin
Saudara-saudaraku
sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.
Kelima, kita diharuskan oleh beliau untuk
senantiasa memelihara tali persaudaraan. Dengan sesama kaum Muslim. Layaknya
saudara. Tak boleh saling mencerca. Haram saling mencederai. Terlarang saling
mencaci-maki. Tercela jika sampai saling mem-bully. Apalagi
mempersekusi. Sayang. Hari ini tali
persaudaraan seolah hilang. Bahkan antar kelompok umat Islam bisa saling
berhadap-hadapan. Asal berbeda mazhab, bisa saling bertindak tak beradab. Asal
beda paham, bisa saling melemparkan tudingan. Asal beda organisasi, bisa saling
mem-bully. Asal beda kepentingan, bisa saling menggunting dalam lipatan.
Tak ada lagi ruh berjamaah. Tak ada lagi rasa kebersamaan. Mereka seolah lupa,
kaum Muslim itu bersaudara. Mereka harusnya saling menguatkan. Bukan saling
melemahkan.
Keenam, kita pun diharuskan oleh beliau untuk
selalu menyampaikan nasihat kepada orang lain. Sebab, kata Baginda Nabi saw.,
agama adalah nasihat. Di antara nasihat yang paling utama adalah nasihat yang
ditujukan kepada penguasa. Karena itu sudah sepantasnya kita tak perlu takut untuk
menyampaikan nasihat kepada penguasa. Agar mereka tidak terus dalam kesesatan. Agar
mereka tidak terus dalam penyimpangan. Agar mereka tidak terus melakukan
kezaliman. Kezaliman terbesar penguasa tidak lain adalah saat mereka tidak
menerapkan al-Quran. Saat mereka tidak menerapkan syariah Islam. Itulah yang
Allah SWT tegaskan:
وَمَنْ
لَمْ يَحْكُمْ
بِمَا أَنْزَلَ
اللَّهُ فَأُولَئِكَ
هُمُ الظَّالِمُونَ
Siapa saja
yang tidak memerintah dengan apa yang Allah turunkan (al-Quran), mereka itulah
kaum zalim (QS
al-Maidah [5]: 45).
Karena itu
tugas kitalah, segenap komponen umat Islam, untuk terus mendorong penguasa agar
memerintah dengan al-Quran. Agar mereka berhukum hanya dengan hukum Islam. Di seluruh
ruang-ruang kehidupan.
Ketujuh, kita diwajibkan oleh beliau untuk
selalu berpegang teguh pada al-Quran dan as-Sunnah. Baginda Nabi saw. Telah
menjamin. Siapapun yang istiqamah berpegang teguh pada keduanya, tak akan
pernah tersesat selama-lamanya.
Sayang. Apa
yang dipesankan Baginda Nabi saw. 14 abad lalu, tak banyak diindahkan hari ini. Al-Quran dan as-Sunnah tak lagi kita
pedulikan. Kecuali sebatas bacaan. Isinya kita abaikan. Hukum-hukumnya kita
campakkan. Pantas, saat ini, bangsa ini seperti tersesat jalan. Pantas pula
negeri ini dirundung aneka persoalan. Lalu sampai kapan al-Quran dan as-Sunnah
akan terus kita abaikan?
الله
أكبر
3 x و
لله الحمد
Saudara-saudaraku
sekalian, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.
Di momen Idul
Adha ini, kita juga kembali mengenang kisah teladan abadi, dari dua Nabi yang
taat pada Tuhannya dengan ketaatan tanpa “tapi”. Ibrahim as menyembelih putra
yang dicintai, Ismail as. Berdasarkan mimpi yang merupakan wahyu ilahi.
Wahai hadirin
simaklah sepenggal kisah tentang cinta yang amat romantis, sekaligus dramatis,
namun berakhir manis. Dalam ucapan Ismail berikut:
“Wahai
ayahku, ikatlah tubuhku, agar aku tidak meronta. Jagalah bajumu agar tidak
terkena darah, jika terlihat oleh Ibu, hal itu akan membuatnya sedih.
Percepatlah dalam menyembelihku, agar
kematian itu menjadi ringan bagiku. Palingkanlah wajahku, agar engkau tak
memandang wajahku, lalu engkau merasa kasihan padaku. Dan agar aku tak melihat
tajamnya pisau hingga rasa takut menyergapku. Wahai ayah, jika engkau pulang
dan bertemu ibu, sampaikan salamku”. (Tafsir
Imam Qurthubi juz 15 hlm. 104, Maktabah Syamilah).
Ketundukkan
yang total seperti inilah yang Allah gambarkan dalam al Quran:
فَلَمَّا
أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
Tatkala keduanya telah
berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah
kesabaran keduanya ). (QS. Ash-Shoffat: 103))
Nabi Ibrahim lalu meletakkan
pisau di leher putranya, menggerakkannya dengan cepat di leher Ismail, sementara Malaikat Jibril bertakbir:. “Allahu
Akbar. Allahu Akbar”. Lalu Ismail bertahlil dan bertakbir “Laa ilaha
illaLlah wallahu Akbar”. Nabi Ibrahim kemudian mengucapkan “Allahu Akbar
walillahilhamd”. Apa yang terjadi?. Apa yang terjadi hadirin?. Pisau tajam yang ada di tangannya tak sanggup
menembus kulit putranya. Allah berseru kepada nabi Ibrahim:
وَنَادَيْنَاهُ
أَنْ يَاإِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا
Dan Kami panggillah dia: “Hai
Ibrahim. Sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu (QS.
Ash-Shaffat: 104-105)
Kisah yang selayaknya
menjadi ibrah Bagi umat Islam, sepanjang zaman. Agar kita ringan berkorban
harta dan jiwa di jalan Allah. Bukankah Allah SWT pun telah berfirman:
لَنْ تَنَالُوْا
الْبِرَّ حَتَى تُنْفِقُوْا
مِمَّا تُحِبُّوْنَ
Sekali-kali kalian tidak akan sampai
pada kebajikan sebelum kalian menginfakkan harta (di jalan Allah) yang paling
kalian cintai (QS
Ali Imran [3]: 92).
Wahai
saudaraku, Jamaah Idul Adha yang Allah muliakan.
Saat syariah Islam seolah haram untuk diterapkan.
Hanya karena satu tuduhan tak beralasan: bisa mengancam kebhinekaan. Demikian
pula institusi penerap syariah, yakni Khilafah Islam, juga terlarang
diperjuangkan. Bahkan tak boleh meski sekadar diwacanakan. Para aktivisnya
mereka kriminalisasikan. Organisasinya mereka bubarkan. Dengan tuduhan yang
diada-adakan. Padahal jelas, Khilafah adalah bagian penting dari ajaran Islam,
yang wajib ditegakkan.
Maka
keteladanan keluarga Ibrahirim bagi kita menjadi sangat relevan. Menjadi bahan
bakar api perjuangan. Yang tak boleh padam. Meski rintangan melintang. Ancaman
menghadang. Kita wajib terus berjuang. Hingga diraih kemenangan. Atau hingga
saatnya kita dipanggil pulang. Dengan meraih keridhoan. Allahu Akbar
الله
أكبر
3 x و
لله الحمد
Jamaah
Idul Adha yang Allah muliakan.
Inilah
sesungguhnya esensi ibadah haji dan kurban. Kita diajari tentang cinta,
ketaatan dan kepatuhan total kepada Allah SWT. Kita pun diajari tentang
keharusan untuk berkorban. Mengorbankan apa saja yang ada pada diri kita.
Semata-mata demi kemuliaan Islam dan kaum Muslim.
Karena itu
dengan mengambil ibrah dan keteladanan berupa cinta, ketaatan dan pengorbanan
Nabiyullah Ibrahim as. Dan Baginda Rasulullah saw., mari kita songsong kembali
masa depan cerah peradaban umat manusia di bawah naungan Islam.
بارك الله لى ولكم فى القرأن العظيم ونفعنى وإياكم بما
فيه من الأيات والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم
أقول
قولى هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين
والمؤمنات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah kedua
Muqaddimah, wasiat takwa, sholawat
ibrahimiyah
Doa
Ya Allah,
Tuhan kami. Inilah hari yang penuh berkah dan keberuntungan. Hari ini berkumpul
kaum Muslim. Memenuhi sudut-sudut bumi-Mu. Hadir di antara mereka pemohon,
peminta dan perindu. Ada di tengah-tengah mereka yang kini merasakan ketakutan
dan mengharapkan perlindungan-Mu.
Ya Allah,
sekiranya pada hari ini, Engkau hanya menerima tobat orang-orang yang berserah
diri dan mengakui segala dosanya, maka demi keagungan-Mu, kami berserah diri
dan mengakui segala dosa kami.
Ya Allah, ya
Tuhan kami. Jadikanlah ibadah haji saudara-saudara kami di Tanah Suci, haji
yang mabrur, sai yang maqbul, dosa yang diampuni, amal shalih yang diterima dan
usaha yang tak akan pernah merugi.
Ya Allah,
angkatlah cobaan-Mu atas penduduk negeri ini. Selamatkan kami dari azab yang
pedih, yang Engkau turunkan dari atas kami, atau dari bawah kami, atau dengan
perpecahan di antara kami.
Ya Allah,
persatukanlah hati-hati kami. Perbaikilah keadaan kami. Tunjukilah kami jalan-jalan
keselamatan. Entaskanlah kami dari aneka kejahatan. Yang tampak maupun
tersembunyi. Berkatilah pendengaran-pendengaran kami, penglihatan-penglihatan
kami dan hati-hati kami. Berkatilah istri-istri kami, anak-anak kami dan
keluarga kami.
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا،
وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ،
وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ،
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ، وَلِإِخْوَانِنَا
الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا
بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ
فِيْ قُلُوْبِنَا
غِلًّا لِلَّذِيْنَ
آمَنُوا، رَبَّنَا
إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ.
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا،
وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا،
وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ،
وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ
إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ،
مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا،
وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا،
وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا،
وَتُبْ عَلَيْنَا
إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ
الرَّحِيمُ.
اللهُمَّ
ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ
وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً،
وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً،
يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ
بَصِّرْنَا بِدِيْنِكَ،
وَوَفِّقْنَا لِاتِّبَاعِ
سُنَّةِ نَبِيِّكَ
عَلَيْهِ الصَّلَاةُ
وَالسَّلَامُ، وَأَعِذْنَا
مِنَ الْفِتَنِ
كُلِّهَا، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ إِنَّكَ أَنْتَ
السَمِيْعُ الْعَلِيْم .
اَلَّلهُمَّ
أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا
الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ
أَمْرِنَا، وَ أَصْلِحْ
لَناَ دُنْيَانَا
الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا،
وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا
الَّتِي إِلَيْهَا
مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ
الْحَيَاةَ زِيَادَةً
لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ
الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
الَّلهُمَّ
ارْزُقْنَا تَوْبةً قَبْلَ اْلَمْوتِ،
وَ شَهَادَةً
عِنْدَ الْمَوْتِ،
وَ رِضْوَانَكَ
وَ الْجَنَّةَ
بَعْدَ الْمَوْتِ.
اللَّهُمَّ
أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا
فِي الْأُمُوْرِ
كُلِّهَا، وَأَجِرْنَا
مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا
وَعَذَابِ الأَخِرَةِ.
اَللَّهُمَّ
أَعِزَّ الإِسْلَامَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ
الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ،
وَدَمِّرْ أَعْدَاءَنَا
وَ أَعْدَاءَ
الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ وَ قَتَلَ اْلمُؤْمِنِيْنَ،
يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ
الْعَنْ كَفَرَةَ
وَ الْمُشْرِكِيْنَ
الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ
عَنْ سَبِيْلِكَ،
وَ يُكَذِّبُوْنَ
رُسُلَكَ، وَ يُقَاتِلُوْنَ
أَوْلِيَاءَكَ.
اَللَّهُمَّ
خَالِفْ بَيْنَ كَلِمِهِمْ،
وَ زَلْزِلْ
أَقْدَامَهُمْ، وَ أَنْزِلْ
بِهِمْ بَأْسَكَ
الَّذِي لَا تَرُدُّهُ
عَنِ الْقَوْمِ
الظّالِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ
انْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَ مَنْ نَصَرَ الإِسْلاَمَ
وَ الْمُسْلِمِيْنَ،
وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
رَبَّنَا
آتِناَ فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَصَلَّى
اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَ مَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ
دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ
للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
الله
أكبر
3 x و
لله الحمد.
---------
عِبَادَاللهِ،
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا
بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ،
وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ،
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي،
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا
اللهَ اْلعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ
عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرْ.
و
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته.
Komentar
Posting Komentar