MEMBANGUN ISTANA DI SURGA
MEMBANGUN
ISTANA DI SURGA
Sahabat. Dunia adalah
kesempatan beramal untuk meraih kenikmatan abadi di surga. Di dunia pula tempat
kita merangkai amal untuk membangun istana di surga. Di antara amal yang
balasannya Allah bangunkan istana di surga adalah membangun masjid. Ini bukan
ramalan apalagi khayalan. Ini adalah kabar valid dari manusia terbaik,
Rasulullah saw. Beliau bersabda:
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ
لَهُ فِي الْجَنَّةِ مِثْلَهُ
Barang siapa membangun
masjid semata karena Allah, maka Allah akan bangunkan baginya (bangunan)
semisalnya di surga (HR. Bukhari dan Muslim).
Imam Nawawi
mengomentasi redaksi “maka Allah akan bangunkan baginya (bangunan) semisalnya
di surga” maksudnya adalah Allah akan bangunkan baginya rumah. Namun sifat
rumahnya dari sisi luasnya, bagusnya, dan sebagainya tidak sama dengan yang ada
di dunia. Karena telah maklum bahwa indahnya surga tidak pernah dilihat oleh
mata, tidak pernah di dengar telinga, dan tidak pernah terbetik dalam hati
manusia. Maka istilah yang tepat untuk mewakilinya adalah bahwa Allah akan
bangunkan baginya istana di surga. (Syarah Muslim oleh Imam Nawawi juz 3 hal.
17-18)
Imam Ibnu Hajar al ‘Asqalani
menyatakan redaksi “fil jannah” menjadi isyarat bahwa orang yang
membangun masjid maka ia akan masuk ke dalam surga. Karena maksud dibangunkan
baginya istana di surga maksudnya adalah tinggal di dalamnya. Dan tidaklah
tinggal di istana surga kecuali setelah memasukinya. (Fathul Baari juz 2 hal.
309)
Dalam riwayat dari Abu
Dzar, Nabi saw bersabda:
من بنى
لله مسجدا ولو كمفحص قطاة بنى الله له بيتا في الجنة
Barang siapa membangun masjid semata karena
Allah meski hanya seperti mafhash qathah , maka Allah akan bangunkan
baginya rumah (istana) di surga (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Huzaimah dalam kitab
shahihnya)
Dalam catatan kaki kitab sahih Ibnu Hibban
dijelaskan makna mafhash qathah adalah lubang kecil di tanah yang
dibuat sejenis burung merpati untuk menyimpan telurnya (Shahih Ibnu Hibban juz
3 hal. 223)
Hadis ini mengandung majaz bahwa sekecil
apapun sumbangsih kita untuk membangun masjid, jika ikhlas karena Allah maka
Allah akan membalas dengan balasan yang besar yakni dibangunkan istana di
surga. Subhanallah.
Sebagai tambahan fadhilah (keutamaan)
orang yang membangun masjid adalah Allah akan berikan pahala yang tiada
terputus hingga hari kiamat. Bayangkan saat tubuh tak lagi bisa sholat dan beramal shalih lainnya. Tangan tak lagi bisa
bersedekah, lisan tak lagi bisa berdakwah, saat mata tak bisa lagi digunakan
tuk membaca al Quran. Kaki tak lagi bisa melangkah ke masjid dan majlis ilmu. Namun
pahala terus mengalir dan terus mengalir hingga hari kiamat. Maa syaa Allah.
Bagi siapa? Bagi orang yang membangun masjid. Dari Anas bin Malik Nabi saw
bersabda:
سبع يجري للعبد أجرهن و هو في قبره بعد موته: من علم علما و أجرى
نهرا و حفر بئرا أو غرس نخلا أو بنى مسجدا أو ورث مصحفا أو ترك ولدا يستغفر له بعد
موته
Ada
tujuh pahala yang senantiasa mengalir pada seorang hamba di dalam kuburnya
setelah kematiannya: orang yang mengajarkan ilmu, membuat sungai, menggali
sumur, menanam kurma (tanaman, pent), membangun masjid, mewariskan/mencetak al
Quran, meninggalkan anak yang memohonkan ampunan baginya setelah kematiannya
(HR. al Bazzar no. 7.289, Imam Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Derajat hadis ini
hasan dengan sejumlah penguat)
Hadis
ini tidak bertentangan dengan hadis shahih yang menyatakan:
إِذَا مَاتَ
الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Jika
manusia meninggal maka terputuslah darinya amalannya kecuali tiga amal: sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya (HR. Muslim)
Membangun
masjid adalah salah satu bentuk sedekah jariyah.
Sebagai
tambahan mari kita renungkan firman
Allah berikut ini:
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ
إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Hanyalah
yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan Hari kemudian, mendirikan shalat, menunaikan zakat
dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah
orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk.
(QS. At-Taubah: 18)
Dalam kitab
Fadhlu bina al masjid disebutkan bahwa bentuk memakmurkan masjid Allah ada
dua bentuk: indrawi (hissiyah) dan maknawiyah. Memakmurkan secara
indrawi di antaranya adalah dengan membangunya, sedang secara maknawi adalah
dengan adzan, iqamah, sholat berjamaah, dan menghidupkan majlis ilmu di
dalamnya. Redaksi “Hanya yang memakmurkan
masjid-masjid Allah” menjadi dalil bahwa orang yang memakmurkan masjid
menjadi bukti bahwa ia orang yang benar imannya. (Fadhlu
bina al masjid fil Quran al kariim wa as-sunnah muthahharah hal.
9-10)
Sebagian generasi salaf menyatakan:
إذا رأيتم الرجل يعمر المسجد فحسنوا به الظن
Jika
kalian melihat seseorang yang memakmurkan masjid maka berbaik sangkalah padanya
Dalam
hadist yang diriwayatkan Abu Sa’id al Khudri, Nabi saw bersabda:
إِذَا رَأَيْتُمْ الرَّجُلَ يَعْتَادُ
الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوا لَهُ بِالْإِيمَانِ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى {
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ }
Jika kalian melihat seseorang yang terbiasa
ke masjid, maka bersaksilah baginya bahwa ia beriman. Allah berfirman: “Hanya
yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan Hari kemudian” (HR. Tirmidzi)
Alhamdulillah,
selesai dengan pertolongan dari Allah ‘azza wa jalla
Alalak,
14 Dzulhijjah 1439 H/25 Agustus 2018
Al
faqiir ila rahmatillah Wahyudi Ibnu Yusuf
Komentar
Posting Komentar