BUAH KETAATAN ADALAH KEAATAN LAINNYA
(03. Khutbah)
Ramadhan telah berlalu. Alhamdulillah , atas pertolongan Allah beragam ketaatan telah kita lakukan. Shiyam di siang hari, qiyam di malam hari, dan beragam ketaatan lain. Ada sebuah renungan dari seorang ulama besar, Ibnu Rajab al Hanbali dalam kitab beliau Lathaiful Ma’arif. Beliau menyatakan:
من عمل طاعة من الطاعات و فرغ منها فعلامة قبولها أن يصلها بطاعة أخرى
و علامة ردها أن يعقب تلك الطاعة بمعصية
Siapa saja yang melakukan ketaatan dan ia telah menunaikannya, maka tanda diterimanya ketaatan tersebut adalah ia melanjutkannya dengan ketaatan yang lain. Sedangkan tanda ditolaknya ketaatan, ia akhiri ketaatan dengan kemaksiatan (Lathaiful Ma’arif  hlm. 399)
Ungkapan ini beliau sampaikan saat membahas tentang keutamaan shaum sunnah di bulan syawwal. Berdasarkan hadis:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Siapa saja yang puasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawwal maka ia seperti sepanjang tahun (HR. Muslim).
Dalam hadis ini seolah Nabi saw ingin menyatakan, sebagaimana ungkapan Imam Ibnu Rajab di atas. Jika puasa Ramadhan-mu diterima Allah maka engkau akan mudah melaksanakan puasa sunnah di bulan Syawal. Jika ketaatanmu kepada Allah berupa shiyam di siang hari, qiyam di malam hari, dan bentuk-bentuk ketaatan lain diterima Allah maka engkau akan mudah melaksanakan ketaatan-ketaatan lain seperti menjaga shalat lima waktu, menjauhi riba, menghindari akad-akad muamalah yang batil, juga semakin lantang menyuarakan kalimat yang haq di hadapan penguasa yang zalim dan menuntut agar syari’at Allah ditegakkan di seluruh bumi Allah termasuk Indonesia. Inilah buah ketaatan yang diterima Allah. Taat yang berbuah taat. Taat inilah inti dari takwa yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Dan janganlah kalian mati kecuali kalian sebagai muslim (orang yang tunduk pada Allah). (QS. Ali-Imron [3]: 102)

Sebaliknya. Jika Ramadhan telah usai. Usai pula ketaataan kepada Allah. Bahkan berganti dengan kemaksiatan. Aurat kembali di umbar. Tempat hiburan malam kembali marak bahkan makin bertumbuh bagai jamur. Transaksi riba makin meningkat. Tuduhan terhadap pejuang-pejuang Islam sebagai fundamentalis, radikalis, bahkan dikaitkan dengan teroris. Hujatan dan makian kembali menghiasi postingan di medsos. Trik dan intrik politik tanpa norma kembali dimainkan. Maka kita takut itu adalah tanda bahwa ketaatan kita di bulan Ramadhan ditolak oleh Allah. Karenanya generasi terdahulu yang shalih (salafush shalih) senantiasa berdoa dari bulan Syawal hingga bertemu dengan bulan Rajab agar ibadah-ibadah mereka diterima. “Rabbanaa taqabbal minna shalatana wa shiyamana wa qiyamana wa ruku’ana wa sujudana...dst.”
Jika ketaatan kita belum berbuah ketaan, maka saat ini juga adalah saat yang tepat untuk bertaubat. Bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya. Bertaubat dengan menjalakan ketaatan-ketataan yang Allah perintahkan dan menjauhkan larangan-larangan-Nya.
Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah pada Allah dengan taubat yang sesungguhnya. Semoga Tuhanmu menghapus dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai (QS. At-Tahrim [66]: 8)

Ma’had Darul Ma’arif, 12 Juli 2018/27 Syawwal 1439 H
Al faqiir ila rahmatillah Wahyudi Ibnu Yusuf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAKWAH, FARDHU ‘AIN ATAU FARDHU KIFAYAH?

MENGUPAS KAIDAH “MÂ LÂ YATIMMU Al-WÂJIB ILLÂ BIHI FAHUWA WÂJIB”

CARA DUDUK TASYAHUD AKHIR MENURUT 4 MADZHAB