Refleksi Akhir Tahun 2017; Di Pihak Manakah Kita?
Khutbah
Jum’at; Refleksi Akhir Tahun 2017
Al faqiir
ilaLLah Wahyudi Ibnu Yusuf
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah
Tahun 2017 akan segera berlalu.
Meski tahun Masehi (Syamsiyah) bukan kalender Islam, namun kita tetap mesti
merenungkan apa yang telah berlalu untuk kita jadikan acuan mengenai apa yang
akan kita lakukan di masa mendatang. Jika perusahaan, perbankan, dan koperasi
hari-hari ini sibuk menghitung laba rugi usaha, instansi pemerintah sibuk
menghitung penggunaan anggaran. Maka kita hari-hari ini harus sibuk
menghitung-hitung apa yang telah kita perbuat di masa lalu untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Baik untuk mengisi sisa usia kita sekaligus untuk mempersiapkan
hari ‘esok’, hari akhirat. Allah SWT berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. al-Hasyr: 18)
Ketika menafsiri lafadz وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍal
Hafidz Imam Ibnu Katsir menyatakan:
حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا، وانظروا ماذا اِدَّخَرْتُمْ لأنفسكم من الأعمال الصالحة ليوم مَعادكم وعَرْضِكم على ربكم
Hitung-hitunglah diri kalian sebelum
kalian diperhitungkan (yaumul hisab), dan perhatikanlah apa saja yang
telah kalian tabung/persiapkan untuk diri kalian berupa amal kebajikan untuk menyongsong
hari kembali dan dipresentasikannya semua amal perbuatan di hadapan Tuhan
kalian (Tafsir al Quran al ‘Azhim 4/1872 cetakan Dar al fikr)
Manusia pilihan pemimpin kita di
dunia dan akhirat, Nabi Muhammad saw pernah menyatakan:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Manusia yang cerdas adalah orang
yang senantiasa menghitung-hitung amal perbuatannya di dunia sebelum
perhitungan di hari kiamat dan beramal untuk menyongsong kehidupan setelah
kematian. Sedangnya orang yang lemah akalnya alias bodoh adalah orang yang
mengikuti hawa nafsunya tapi ia berangan-angan akan mendapat ampunan Allah (HR.
Tirmidzi no. 2383)
Saudaraku yang saling mencinta karena
Allah…
Pertanyaannya adalah apa yang
kita telah lakukan di tahun 2017 untuk menyongsong masa depan? Menyongsong
tahun 2018 dan menyongong kehidupan abadi di akhirat. Dipihak manakah kita
ketika al-Quran dinista? Di pihak penista atau pembela. Di pihak manakah kita
ketika ajaran Islam seperti Khilafah dikrimininalisasi? Menjadi pembela Islam yang
terpercaya atau menjadi pengikut penentang Islam? Di pihak manakah kita ketika
kelompok Islam yang selama ini membela hak-hak anda, memperjuangkan penerapan
Islam dan persatuan negeri-negeri Islam dibubarkan? Ikut membela dan
mendoakannya ataukah ikut bersorak-sorai bergembira atas pembubarannya. Di pihak
manakah kita ketika PERPPU Ormas disahkan menjadi UU? Menasihati rezim ini
ataukah mendukung lahirnya rezim refresif anti Islam? Di pihak manakah kita
ketika sejumlah ulama di persekusi, pengajiannya dibubarkan, dideportasi,
bahkan ada yang dituduh dengan tuduhan keji. Di pihak manakah kita ketika Islam
diserang dengan kampanye deradikalisasi yang sejatinya adalah kampanye de-islamisasi atau
penolakan formalisasi ajaran Islam dalam ranah negara. Di pihak manakah kita
ketika Donald Trump berencana menguatkan pencaplokannya atas tanah yang
diberkahi dengan memindahkan ibu kota Israel ke Yurussalem? Pendukung negara penjajah
atau pembela tanah Palestina. Di pihak manakah kita ketika MK menolak tuntutan
agar LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) dianggap tindakan kriminal
yang pantas dipidana?. Layakkah kita mendukung putusan yang memberi pintu bagi
berkembangnya perilaku menjijikkan yang bahkan
binatang pun tak sudi melakukannya. Perilaku menyimpang yang mengundang
murka dan azab Allah sebagaimana kaum Nabi Luth telah Allah musnahkan. Na’uzdubillah
min dzalika. Dan seterusnya masih banyak lagi sederet pertanyaan-pertanyaan
lain yang mesti kita jawab.
Saudaraku seiman seagama….
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
di atas akan sangat menentukan di pihak manakah kita berada. Sekaligus menentukan
bagaimanakah keadaan kita saat sakaratul maut. Sekaligus menentukan
bagaimanakah keadaan kita ketika dibangkitkan kelak. Ingatlah, para khatib jum’at
senantiasa mewasiatkan firman Allah:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam. (QS. Ali ‘Imron: 102)
Ketika menafsirkan lafadz وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ al
Hafizh Imam Ibnu Katsir menyatakan:
حافظوا على الإسلام في حال صحتكم وسلامتكم لتموتوا عليه، ….من عاش على شيء مات عليه، ومن مات على شيء بُعث عليه
Jagalah Islam pada diri kalian
sewaktu kalian sehat dan selamat agar
kalian mati dalam keadaan berislam. Siapa saja yang hidup dengan menjalani
suatu keadaan maka demikianlah keadaanya ketika mati. Dan bagimana keadaannya
ketika mati demikianlah keadaanya ketika dibangkitkan. (Tafsir al Quran al ‘Azhim
1/352 terbitan Dar al-Fikr).
Semoga Allah senantiasa bantu
kita untuk ikhlas dan taat beribadah kepada-Nya, membela agama-Nya dan
mematikan kita dalam keadaan husnul khatimah dan akhirnya membangkitkan kita dalam
keadaan yang baik pula, satu barisan dengan Rasulullah di bawah panjinya dan
memasukkan kita dalam jannah-Nya. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.
بارك الله لى
ولكم فى القرأن العظيم ونفعنى وإياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم وتقبل منى
ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم
أقول قولى
هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات
فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم .
Banjarmasin, 10 Rabi’ul Akhir
1439 H/ 29 Desember 2017
Komentar
Posting Komentar