KURBAN ORANG YANG TELAH MENINGGAL
KURBAN
ORANG YANG TELAH MENINGGAL
Apa
hukum berkurban yang diniatkan untuk orang tua yang telah meninggal (Tri Wahyu,
Jakarta)
Ulama
berbeda pendapat tentang masalah ini
Pendapat pertama,
Mazhab Hanafi, Hanbali, dan sekelompok ulama hadist, diantaranya Abu Dawud dan
Tirmidzi membolehkan orang yang hidup berkurban untuk kerabatnya yang telah
meninggal. Pendapat ini pula yang dipilih oleh syaikhul Islam Ibnu Taymiyah,
beliau menyatakan: “berkurban untuk orang yang telah meninggal lebih utama dari
bersedekah dengan yang senilai” (Majmu Fatawa 24/315)
Pendapat
kedua, menyatakan makruhnya berkurban bagi orang yang telah meninggal. Pendapat
ini diusung oleh ulama mazhab Maliki. Akan tetapi jika seseorang telah membeli
hewan kurban, kemudian meninggal, maka ahli warisnya dapat menyembelih hewan
tersebut dan dianggap kurban yang dilakukan orang yang meninggal.
Pendapat
ketiga, menyatakan tidak sahnya kurban orang yang telah meningal, kecuali
diwasiatkan orang yang meningal. Ini merupakan pendapat ulama mazdhab Syafi’I
(al Majmu’ 8/406, Kifayatul akhyar 2/528, Mughni al muhtaj 6/137, al iqna fi
halli alfadzi abi suja’I 2/282)
Menurut pengaran
kitab al mufashshal fi ahkamil ‘udhhiyyah, Dr. Hisamudddin bin Musa ‘afanah,
setelah melakukan perbandingan dan pendalaman terhadap dalil-dalil yang
digunakan oleh ketiga pendapat maka beliau menyimpul pendapat yang membolehkan
lebih rajih dengan beberapa alasan tambahan berikut:
Pertama,
terdapat banyak dalil baik dari al-qur’an maupun as-sunnah yang menunjukkan
didapatnya manfaat bagi orang yang telah meninggal dengan usaha yang dilakukan
orang lain. Seperti firman Allah:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ
بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ
سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ
Dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa:
"Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam
hati kami terhadap orang-orang yang beriman (TQS. Al hasyr [59]:10)
Demikian
pula banyak hadist yang menunjukan diperolehnya manfaat bagi orang yang telah
meninggal seperti doa dalam shalat jenazah dan ketika ziarah kubur. Demikian
pula sampainya pahala sedekah orang yang masih hidup yang diniatkan pahalanya untuk
orang yang telah meninggal. Sebagaiaman hadist Nabi:
أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ
- رضى الله عنه - تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهْوَ غَائِبٌ عَنْهَا ، فَقَالَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّى تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا ، أَيَنْفَعُهَا شَىْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ » . قَالَ
فَإِنِّى أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِى الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا
Bahwa Sa'ad bin 'Ubadah
radliallahu 'anhu ibunya meninggal dunia saat dia tidak ada disisinya. Kemudian
dia berkata: "Wahai Rasulullah, ibuku meninggal dunia saat aku tidak ada.
Apakah akan bermanfaat baginya bila aku menshadaqahkan sesuatu?" Beliau
bersabda: "Ya". Dia berkata: "Aku bersaksi kepada Tuan bahwa
kebunku yang penuh dengan bebuahannya ini aku shadaqahkan atas (nama)
nya". (HR Bukhari no 2551)
Kedua,
Telah ditetapkan dalam hadist-hadist yang shahih bahwa Nabi berkurban bagi
dirinya dan umatnya. Seperti dalam hadist dari Aisyah:…
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَمَرَ بِكَبْشٍ
أَقْرَنَ يَطَأُ فِى سَوَادٍ وَيَبْرُكُ فِى سَوَادٍ وَيَنْظُرُ فِى سَوَادٍ فَأُتِىَ
بِهِ لِيُضَحِّىَ بِهِ فَقَالَ لَهَا « يَا عَائِشَةُ هَلُمِّى الْمُدْيَةَ ».
ثُمَّ
قَالَ « اشْحَذِيهَا بِحَجَرٍ ». فَفَعَلَتْ ثُمَّ أَخَذَهَا وَأَخَذَ الْكَبْشَ فَأَضْجَعَهُ
ثُمَّ ذَبَحَهُ ثُمَّ قَالَ « بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ
وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ». ثُمَّ ضَحَّى بِهِ.
dari 'Aisyah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah menyuruh untuk diambilkan dua ekor domba bertanduk yang di kakinya berwarna hitam, perutnya terdapat belang hitam, dan di kedua matanya terdapat belang hitam. Kemudian domba tersebut di serahkan kepada beliau untuk dikurbankan, lalu beliau bersabda kepada 'Aisyah: "Wahai 'Aisyah, bawalah pisau kemari." Kemudian beliau bersabda: "Asahlah pisau ini dengan batu." Lantas 'Aisyah melakukan apa yang di perintahkan beliau, setelah diasah, beliau mengambilnya dan mengambil domba tersebut dan membaringkannya lalu beliau menyembelihnya." Kemudian beliau mengucapkan: "Dengan nama Allah, ya Allah, terimalah ini dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan ummat Muhammad." Kemudian beliau berkurban dengannya." (HR. Muslim no 3637).
Redaksi ‘umat Muhammad’ dalam hadist ini berlaku umum, termasuk umat Nabi saw sahabat yang telah meninggal.
Ketiga,
Telah ditunjukkan berdasarkan hadist dari ‘Ali bin abi Thalib yang melakukan
penyembelihan hewan kurban untuk Nabi saw atas perintah Beliau saw.
عَنِ الْحَكَمِ عَنْ حَنَشٍ قَالَ رَأَيْتُ عَلِيًّا يُضَحِّى بِكَبْشَيْنِ
فَقُلْتُ مَا هَذَا فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَوْصَانِى
أَنْ أُضَحِّىَ عَنْهُ فَأَنَا أُضَحِّى عَنْهُ.
dari Al Hakam dari Hanasy, ia berkata; aku melihat Ali berkurban dengan dua kambing. Kemudian aku katakan kepadanya; apa ini? Lalu ia berkata; sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah berwasiat kepadaku agar berkurban untuknya, maka aku berkurban untuknya. (HR Abu Dawud 2408)
Wallahu ‘alam bi
shawab
Yogyakarta, Kamis,
4 Dzul Hijjah 1431 H/11 Nopember 2010
Abu Syamil
Ramadhan
Komentar
Posting Komentar