ENGKAULAH TELADAN KAMI



RASULULLAH, ENGKAULAH TELADAN KAMI

Wahyudi Ibnu Yusuf

Ya Rasulallah. Engkaulah sebaik-baik panutan. Pencipta manusia dan alam semesta menyatakan.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS. al-Ahzab [33]:21).

Keagungan akhlakmu semisal keagungan al quran, kalam al khaliq al mudabbir. Ibunda ‘Aisyah mengambarkannya dengan sangat simpel, namun sangat mendalam maknanya. Ketika beliau ditanya bagaimana akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

كان خلقه القرآن ، تقرؤون سورة المؤمنين ؟ قالت : اقرأ : ( قد أفلح المؤمنون (1) ) ، قال يزيد : فقرأت : ( قد أفلح المؤمنون ) إلى ( لفروجهم حافظون (2) ) ، قالت : هكذا كان خلق رسول الله صلى الله عليه وسلم

Akhlak beliau adalah al-quran. Bacalah surah al mukminun. Bacalah! قد أفلح المؤمنون (surah al mukminun: 1). Yazid berkata: kemudian saya membaca: قد أفلح المؤمنون hingga لفروجهم حافظون. Ibunda ‘Aisyah berkata: demikianlah akhlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Kitab Adabul Mufrod lil Bukhari 1/463)

Engkaulah pemimpin terbaik dalam keluarga. Bukan sekedar pengakuan darimu, tapi orang-orang terdekat dalam keluargamu mengakuinya. Sebagaimana pernyataan bunda ‘Aisyah di atas. Bahkan ketika seorang Zaid bin Haritsah harus memilih antara hidup dengan ayah kandungnya dengan engkau sebagai ayah angkatnya (sebelum larangan penasaban anak angkat pada ayah angkat), Zaid memilih hidup denganmu. Di kesempatan lain, selama sepuluh tahun Anas bin Malik hidup bersamamu, tidak ada pengakuan kecuali kebaikan tentang dirimu. Benarlah ucapanmu yang menyatakan:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap ahlinya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap ahliku (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Makna ahl dalam hadist di atas adalah Keluarga dan orang-orang memiliki hubungan rahim. Dikatakan istri-istri dan kerabat (Tuhfatul ahwadzi syarah Sunan Tirmidzi 9/338)

Engkau adalah pendidik terbaik. Para sahabatmu mengakuinya. Suatu saat seorang sahabat yang bernama Mu’awiyyah bin al-Hakam di dalam sholat berjama’ah secara jahr membaca “yarhamukallahu” saat ada satu jama’ah yang bersin. Sontak jama’ah yang lain memelototinya. Ia merasa bersalah. Padahal ia memang tidak mengetahui hukum tentangnya. Yang ia tahu adalah perintah untuk mendoakan saudaranya ketika bersin. Kemudian Mu’awiyah bin al Hakam berkomentar:

فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبِأَبِي هُوَ وَأُمِّي مَا رَأَيْتُ مُعَلِّمًا قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ أَحْسَنَ تَعْلِيمًا مِنْهُ فَوَاللَّهِ مَا كَهَرَنِي وَلَا ضَرَبَنِي وَلَا شَتَمَنِي قَالَ إِنَّ هَذِهِ الصَّلَاةَ لَا يَصْلُحُ فِيهَا شَيْءٌ مِنْ كَلَامِ النَّاسِ إِنَّمَا هُوَ التَّسْبِيحُ وَالتَّكْبِيرُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ
 
Tatkala Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam selesai shalat, Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu (ungkapan sumpah Arab), aku belum pernah bertemu seorang pendidik sebelum dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah! Beliau tidak menghardikku, tidak memukul dan tidak memakiku. Beliau bersabda, 'Sesungguhnya shalat ini, tidak pantas di dalamnya ada percakapan manusia, karena shalat itu hanyalah tasbih, takbir dan membaca al-Qur'an. (HR. Muslim)

Bukan hanya pendidik terbaik. Engkau juga penggagas sistem pendidikan terbaik. Pendidikan yang berbasis akidah Islam. Al quran dan sunnahmu sebagai panduannya. Pendidikan yang paling berkualitas dari yang pernah ada. Yang melahirkan manusia-manusia pilihan dari generasi terbaik. Dan semua itu bisa diperoleh dengan mudah dan cuma-cuma alias gratis. Tawanan perang badar yang tidak bisa menebus pembebasan dirinya dengan harta benda maka mereka diwajibkan mengajari baca tulis pada sepuluh putra putri kaum muslimin. Hal ini lah yang dilanjutkan oleh para pemimpin (khalifah) sesudahnya. Hingga pendidikan di dunia Islam menjadi mercusuar pengembangan Iptek di seluruh penjuru dunia. Dimana putra raja-raja Eropa belajar pada dunia Islam. Hingga sekarang pun kemajuan barat berhutang pada peradaban Islam.

 

Engkaulah pemimpin terbaik yang mengajarkan kepada kami bagaimana mengambil keputusan yang  benar dan tepat. Saat sebuah keputusan memerlukan orang yang kompeten/ahli di bidangnya maka engkau percayakan padanya seperti keputusan membuat parit dalam perang khandak atau perang ahzab berdasarkan usulan Salman al Farisi. Saat keputusan memerlukan pertimbangan banyak pihak maka diputuskan berdasarkan musyawarah seperti dalam pilihan antara perang di dalam kota Madinah (pertahanan kota) atau menyongsong musuh di luar kota pada saat perang Uhud. Namun engkau tidak mau tawar menawar alias harga mati saat penyepakatan perjanjian damai Hudaibiyah, karena itu adalah perintah dari Allah. Imam Ahmad meriwayatkan, ketika perjanjian Hudaibiyah sudah disepakati, Umar merasa bahwa perjanjian tersebut merugikan kaum muslimin. Maka ia menemui Nabi saw dan berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوَلَسْنَا بِالْمُسْلِمِينَ أَوَلَيْسُوا بِالْمُشْرِكِينَ
Wahai Rasulullah bukankah kita kaum muslimin dan mereka orang-orang musyirikin? Nabi menjawab iya. Umar kembali bertanya:
 فَعَلَامَ نُعْطِي الذِّلَّةَ فِي دِينِنَا
Tapi mengapa kita menimpakan kerugian pada agama kita? Nabi kemudian menjawab:
أَنَا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ لَنْ أُخَالِفَ أَمْرَهُ وَلَنْ يُضَيِّعَنِي
Saya adalah hamba Allah dan utusannya dan selamanya saya tidak akan melanggar perintahnya dan Allah tidak akan melupakan saya (Musnad Imam Ahmad no 18.152)

Nabi Shallallahu'alaihiwasallam tidak bernegosiasi dalam ketaatan melaksanakan perintah Allah. Jadi, jangan katakan Nabi Shallallahu'alaihiwasallam adalah pelopor  ajaran kufur demokrasi. Itu adalah sebuah tuduhan keji kepada Rasulullah. 

Engkaulah adalah hakim terbaik.  Hakim yang adil yang tidak tergadai idealismenya dan membarternya dengan sogokan secuil harta dunia atau nepotisme. Ketika seorang wanita terhormat dari suku Makhzumiyah terbukti mencuri dan harus dijatuhkan hukum potong tangan. Kemudian mereka mengutus Usamah bin Zaid untuk merayu Nabi agar memberikan keringanan hukuman. Nabi  jawab dengan jawaban yang tegas.

إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا
"Orang-orang sebelum kalian menjadi binasa karena apabila ada orang dari kalangan terhormat (pejabat, penguasa, elit masyarakat) mereka mencuri, mereka membiarkannya dan apabila ada orang dari kalangan rendah (masyarakat rendahan, rakyat biasa) mereka mencuri mereka menegakkan sanksi hukuman atasnya. Demi Allah, sendainya Fathimah binti Muhamamd mencuri, pasti aku potong tangannya". (HR. Imam Bukhari)

Engkau adalah kepala Negara yang sangat peduli dengan rakyatnya.  Tidak hanya ketika rakyat masih hidup bahkan ketika sudah meninggalpun masih dalang tanggung jawabmu, karena engkau tidak hanya seorang utusan Allah namun juga seorang kepala negara yang adil. Nabi bersabda:

أَنَا أَوْلَى بِكُلِّ مُؤْمِنٍ مِنْ نَفْسِهِ مَنْ تَرَكَ دَيْنًا فَعَلَيَّ وَمَنْ تَرَكَ مَالًا فَلِوَرَثَتِهِ
"Aku lebih berhak terhadap setiap mu'min dari dirinya sendiri, barangsiapa meninggalkan utang, menjadi tanggunganku dan barang siapa yang meninggalkan harta, untuk ahli warisnya." (HR. An Nasaai, Abu Dawud, Ibnu Majah)

Subhanallah, orang meninggal yang memiliki hutang dan hartanya tidak mencukupi untuk melunasi hutangnya sementara dia tidak memiliki keluarga atau memiliki keluarga namun  tak memiliki harta untuk melunasi hutangnya maka hutangnya menjadi tanggungan rasulullah sebagai kepala Negara. Bagaimana dengan penguasa yang gemar menumpuk utang dan membayarnya dengan memalak harta rakyatnya, bahkan ketika sudah meninggal pun tetap dipalak dengan pajak kuburan dll. Tidakkah mereka merenungkan Sabda manusia teladan:
الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya (HR. Bukhari)

Demikianlah keteladanan Nabi kita yang mulia. Sejatinya tak cukup kata untuk melukiskan indahnya akhlak beliau, sebagaimana tak cukup tinta untuk menuliskan keagungannya. Semoga tulisan sederhana ini menjadi bukti bahwa di dada ini ada cinta dan kerinduan padamu ya Rasulullah. Aamiin

Alalak, 6 Rabi’ul awwal 1439 H/25 Nopember 2017




Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAKWAH, FARDHU ‘AIN ATAU FARDHU KIFAYAH?

MENGUPAS KAIDAH “MÂ LÂ YATIMMU Al-WÂJIB ILLÂ BIHI FAHUWA WÂJIB”

CARA DUDUK TASYAHUD AKHIR MENURUT 4 MADZHAB