DEMOKRASI SISTEM KUFUR YANG MEMATIKAN
DEMOKRASI SISTEM KUFUR YANG MEMATIKAN
Wahyudi Ibnu Yusuf
Hakikat
Demokrasi
Demokrasi
adalah istilah asing dari Yunani. Pengertiannya adalah adalah hukum
masyarakat/rakyat. Artinya rakyat yang berhak membuat hukum atas dirinya
sendiri (Haqiqatu ad-dimuqrathiyah wa annaha laisat minal islam, Syaikh
al ‘allamah Dr. Muhammad Aman bin ‘Ali al Jamiy hlm. 14). Lebih lanjut beliau
menyatakan demokrasi memiliki dua unsur pokok yaitu: 1). Kedaulatan di tangan
rakyat; dan 2). Kebebebasan yang dijamin UU. Baik kebebasan beragama,
berperilaku, berpendapat, kepemilikan, dll (Haqiqatu ad-dimuqrathiyah wa
annaha laisat minal islam, Syaikh al ‘allamah Dr. Muhammad Aman bin ‘Ali al
Jamiy hlm. 15-21)
Demokrasi
bukan semata mekanisme pemilihan. Demokrasi adalah sistem politik yang dibangun
berdasarkan asas memisahkan agama dari kehidupan (fashlu ad diin ‘anil
hayah) dimana rakyat adalah pemilik kedaulatan. Rakyatlah yang
menentukan/menetapkan hukum apa yang yang hendak diambil, rakyat pula yang
memiliki hak untuk menolak hukum. (Naqdhu al jadzur al fikriyyah li
ad-dimuqrathiyyah al gharbiyyah. Pror. Dr. Muhammad Ahmad ‘Ali Mukti tahun
2002. Hlm. 31)
Demokrasi
Bertentangan dengan Islam
Kedaulatan hanya milik Allah. Allah saja yang
berhak menentukan baik dan buruk, terpuji dan tercela, halal dan haram. Allah
berfirman:
إِنِ
الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَلِكَ
الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Hak menentukan hukum itu hanyalah
kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia.
Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS:
Yusuf: 40)
Demokrasi juga tidak pernah menghitung isi
kepala. Demokrasi hanya menghitung jumlah kepala. Suara seorang ulama di bilik
suara sama dengan seorang preman bahkan koruptor. Ukurannya adalah suara
terbanyak, padahal jika kita mengikuti ‘suara terbanyak’ dalam penentuan hukum
jelas akan memalingkan dari petunjuk Allah. Allah berfirman:
وَإِنْ
تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ
يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang
yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.
Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain
hanyalah berdusta (terhadap Allah) (QS. Al
an’am: 116)
Syuro Bukan Demokrasi
Memang
benar terdapat dalil dalam al quran yang memerintahkan untuk melakukan
musyawarah, di antaranya firman Allah SWT
وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى
اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali
Imron: 159)
Musyawarah pada ayat di atas adalah pada perkara-perkara mubah yang
tidak melanggar syari’at. Imam asy Syaukani ketika menafsirkan ayat di atas
menyatakan:
والمراد هنا : المشاورة في غير الأمور التي يرد الشرع بها
Yang dimaksud pada ayat
di atas adalah musyawarah pada perkara yang tidak bertentangan dengan syari’at
(Fathul qadir, 2/41)
Bandingkan
dengan demokrasi! Dalam demokrasi semuanya dimusyawarahkan. Islam hanya
dijadikan sebagai salah satu pilihan, bukan satu-satunya pilihan. Bahkan tak
jarang ayat-ayat Allah diolok-olok dan al quran diabaikan dalam sidang-sidang
di parlemen. Jika ada yang menyampaikan argument berdasarkan al quran dan as
sunnah ditertawakan, bahkan disuruh pindah ke Afghanistan. Na’udzubillah.
Demokrasi
dan Pemilihan Pemimpin
Memang
benar Islam sangat memperhatikan soal kepemimpinan. Para sahabat bahkan
mendahulukan memilih pengganti Rasulullah dalam hal kepemimpinan politik dari
menguburkan jenazah manusia paling mulia ini. Jangankan untuk jumlah yang
banyak dalam jumlah yang kecilpun saat melakukan safar Nabi memerintahkan untuk
menunjuk amir safar. Dari Ibnu Umar Nabi bersabda:
لا يحل لثلاثة يكونون بفلاة من الأرض إلا أمروا عليهم أحدهم
Tidak
halal bagi tiga orang yang melakukan safar di muka bumi kecuali mereka
menggangkat satu pemimpin diantara mereka (Hr. Ahmad, lihat juga as siyasah asy
syar’iyyah li Ibni Taimiyah)
Hanya
saja pemimpin yang layak dipilih adalah yang memenuhi ‘syarat personal’ dan
‘syarat sistem’. ‘Syarat personal’ tersebut adalah muslim, laki-laki, baligh,
berakal, merdeka, mampu, dan adil. Sedangkan ‘syarat sistem’ adalah bahwa
pemimpin tersebut dipilih untuk menjalankan al quran dan as-sunnah. Syarat
inilah yang menjadi syarat lafadz bai’at yang dilakukan shahabat terhadap Nabi
dan pada para khalifah sesudahnya. Ibnu Umar pernah membai’at Abdul Malik bin
Marwan dengan tulisan:
أقر بالسمع و الطاعة لعبد الله عبد الملك أمير المؤمنين على كتاب الله
و سنة رسوله مااستطعت
Aku
berikrar untuk mendengarkan dan menaati Abdullah Abdul Malik bin Marwan sebagai
amirul mukminin atas dasar Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya selama aku mampu.”(ajhizah
daulah al-khilafah fil hukmi wal idarah hlm. 36, al ‘awaashim min al
qawaashim karya al qadhi abu bakar al ‘arabi 1/210)
Ketentuan
ini jauh berbeda dengan demokrasi, dimana siapapun boleh menjadi pemimpin tidak
peduli apakah ia perempun, fasik, dzalim, bahkan kafir sekalipun. Demokrasi
juga tidak mempersoalkan jika sistem yang akan diterapkan pemimpin tersebut
adalah sistem kufur yang bertentengan dengan syariat Allah.
Islam
Mengatur Pemerintahan
Memang
benar nabi pernah bersabda:
أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ
Kalian
lebih mengetahui urusan dunia kalian (Hr. Muslim dari Anas)
Dengan
hadist ini pendukung demokrasi berdalih bahwa urusan pemerintahan dan sistem
politik tidak masalah bersumber dari manusia, karena manusia dianggap lebih
tahu urusan keduniaannya. Sesungguhnya pandangan ini adalah pandangan yang
keliru, karena seakan menggangap Islam tidak mengatur sistem politik dan
pemerintahan. Padahal banyak persoalan manusia adalah persoalan keduniaan,
seperti pendidikan, ekonomi, peradilan, dsb. Apakah semua diserahkan pada
manusia? Lantas dimana letak kesempurnaan Islam? Padahal Allah SWT telah
menegaskan kesempurnaan Islam, al quran adalah petunjuk buat manusia yang
menjelaskan segala sesuatu.
Hadist
ini tidak relevan jika dijadikan dalil bahwa Islam tidak mengatur system
pemerintahan. Memang benar Islam tidak mengatur
teknik bercocok tanam, teknik meningkatkan produksi, dan hal-hal teknis
lainnya. Tapi bukan berarti Islam tidak memiliki system ekonomi,
pemerintahan, pendidikan, dsb. Hadist di
atas berkaitan dengan peristiwa penyerbukan kurma. Saat nabi melewati satu kaum
yang sedang menyerbukkan kurma, lalu beliau menjelaskan cara menyerbukan kurma
menurut beliau. Apa yang terjadi? Saat musim panen ternyata produksi kurma kaum
tersebut justru turun. Kemudian mereka mengadu kepada Nabi, lalu nabi
menyampaikan sabdanya di atas. Imam Nawawi menyatakan:
أَيْ فِي أَمْر الدُّنْيَا وَمَعَايِشهَا لَا عَلَى
التَّشْرِيع
Yaitu
urusan dunia dan penghidupan bukan persoalan tasyri
(pensyari’atan/perundang-undangan). (Syarhu An Nawawi ‘ala Muslim 8/85)
Demokrasi
Ekspor Amerika Paling Mematikan
Adalah Willam Blum, salah seorang pakar
anti-mainstream ternama dari Amerika Serikat di bidang kebijakan luar negeri.
Ia menulis sebuah buku dengan judul persis seperti sub judul tulisan ini. Buku
ini diterjemahkan dari buku aslinya berjudul: America’s Deadliest Export Democracy. Buku
tersebut ditulis oleh William Blum, seorang pakar anti-mainstream
yang meninggalkan tugasnya di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pada 1967
karena berseberangan dengan kebijakan AS di Vietnam.
Ia mengingatkan, Amerika bukanlah seperti yang
banyak orang sangka. Untuk memahami kebijakan luar negeri AS, kata Blum, orang
harus memahami prinsip bahwa AS berupaya mendominasi dunia, dan untuk tujuan
ini, Amerika akan menempuh jalan apa saja yang diperlukan.
Beberapa
Kutipan
“Jika kita mau melindungi negara kita
dalam jangka panjang, hal terbaik yang dilakukan adalah menyebarkan
kebebasan dan demokrasi”. George W Bush (Kompas, 6/11/2004).
“Pemerintahan yang didasarkan pada pilihan
orang banyak (demokrasi) dapat mudah dipengaruhi oleh para demagog dan akhirnya
akan merosot menjadi kediktatoran.” Aristoteles, filosof.
“Demokrasi adalah kemungkinan terburuk dari
sebuah bentuk pemerintahan”. Winston Churchil, PM Inggris.
“Demokrasi tak berbeda dengan hukum rimba,
dimana 51 persen bagian dari rakyat boleh mengambil hak dari empat puluh
sembilan persen bagian lainnya.” Thomas Jefferson, pendiri Amerika
Serikat.
“Ingatlah bahwa demokrasi tidak akan pernah
bertahan lama. Ia akan segera dibuang, kehilangan kekuatan, dan akan menghabisi
dirinya sendiri. Tidak akan pernah ada sebuah sistem demokrasi yang tidak
menghabisi dirinya sendiri.” John Adams, Presiden Amerika Serikat
kedua.
Fakta
Demokrasi di Indonesia
Sejak Reformasi ada 76 RUU kita
pesanan asing (Eva Kusuma Sundari, Anggota DPR)
Ambil saja 1 UU secara acak, ada pengaruh
asing di dalamnya (Prof. H. Amin Rais, mantan Ketua MPR)
Biaya membuat satu UU memakan biaya
dari Rp 1,9 M sampai Rp 9 M, bahkan untuk membahas RAPBN mencapai RP 20 M.
sehingga total anggaran membuat UU tahun 2012 mencapai Rp 842 miliar (Uchok Sky
Khadafi, FITRA)
Dana
yang dikeluarkan pemerintah dari uang
rakyat adalah Rp 16 T. sedang biaya kampanye pileg diperkirakan mencapai Rp 115
T (Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia,
Teguh Dartanto )
Dengan
biaya demokrasi yang sedemikian mahal, apakah Indonesia menjadi lebih baik??? Indonesia
Milik Allah. Campakkan demokrasi. Indonesia Pasti Lebih Baik dengan Syari’at
Allah. Wallahu a’lam bi shawab
Komentar
Posting Komentar